Apa Itu Black Friday? Sejarah, Makna, dan Alasan Diskonnya Selalu Ditunggu

Daftar Isi

Bagikan artikel ini ke:

apa itu black friday

Setiap akhir tahun, istilah Black Friday selalu menjadi perhatian utama konsumen di berbagai belahan dunia. Berbagai merek dan platform e-commerce berlomba-lomba menawarkan diskon besar yang kerap dianggap sebagai momen terbaik untuk berbelanja. Tidak sedikit orang yang sengaja menunda pembelian sepanjang tahun demi menunggu promo Black Friday yang terkenal dengan potongan harga ekstrem.

Namun, di balik euforia diskon tersebut, Black Friday bukan sekadar ajang belanja murah. Fenomena ini memiliki sejarah panjang, makna ekonomi yang kuat, serta strategi bisnis yang dirancang secara matang oleh para pelaku usaha. Mulai dari asal-usul istilahnya hingga alasan mengapa diskon Black Friday selalu dinanti, semuanya mencerminkan dinamika antara perilaku konsumen dan kepentingan pasar.

Melalui artikel ini, kita akan membahas secara komprehensif apa itu Black Friday, bagaimana sejarah kemunculannya, serta mengapa momen ini selalu menjadi magnet bagi konsumen dan pelaku bisnis. Dengan memahami konteks di balik Black Friday, pembaca diharapkan dapat melihat fenomena ini secara lebih kritis dan bijak.

Baca Juga: Apa Itu GDP? Fungsi, Komponen, dan Cara Mengukurnya

Apa Itu Black Friday?

Black Friday adalah istilah yang merujuk pada hari belanja dengan diskon besar-besaran yang biasanya berlangsung pada hari Jumat setelah Thanksgiving di Amerika Serikat. Pada momen ini, berbagai retailer, baik toko fisik maupun platform e-commerce menawarkan potongan harga signifikan untuk beragam produk, mulai dari elektronik, fashion, hingga kebutuhan rumah tangga.

Dalam perkembangannya, Black Friday tidak lagi terbatas pada satu hari saja. Banyak pelaku bisnis memperpanjangnya menjadi Black Friday Week atau bahkan Black Friday Month, terutama di era digital. Selain itu, fenomena ini juga telah meluas ke berbagai negara di luar Amerika Serikat dan menjadi strategi pemasaran global yang dinantikan konsumen setiap akhir tahun.

Secara ekonomi, Black Friday berfungsi sebagai momentum untuk meningkatkan volume penjualan, menghabiskan stok lama, dan mendorong perputaran uang menjelang musim liburan. Bagi konsumen, Black Friday dipandang sebagai kesempatan untuk mendapatkan produk dengan harga lebih terjangkau, meskipun tetap diperlukan kehati-hatian agar tidak terjebak pembelian impulsif.

Baca Juga: Apa Itu CPA? Pengertian, Manfaat, dan Peluang Kariernya

Sejarah Black Friday

Istilah Black Friday pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal 1960-an, khususnya di kota Philadelphia. Saat itu, istilah ini digunakan oleh aparat kepolisian untuk menggambarkan kondisi lalu lintas yang sangat padat dan kacau pada hari setelah Thanksgiving. Lonjakan pengunjung yang datang untuk berbelanja dan menonton pertandingan football membuat suasana kota menjadi “hitam” oleh kemacetan dan keramaian.

Awalnya, sebutan Black Friday memiliki konotasi negatif. Namun, para pelaku ritel kemudian mengubah narasi tersebut menjadi lebih positif. Dalam dunia akuntansi, warna hitam melambangkan kondisi keuangan yang sehat atau keuntungan, berlawanan dengan warna merah yang menandakan kerugian. Dari sinilah Black Friday mulai dipahami sebagai momen ketika bisnis beralih dari kerugian menuju profit.

Seiring waktu, Black Friday berkembang menjadi tradisi belanja tahunan yang terstruktur dan masif. Retailer mulai memanfaatkannya sebagai strategi pemasaran utama menjelang musim liburan Natal dan Tahun Baru. Dengan dukungan media dan perkembangan teknologi digital, Black Friday pun berevolusi dari fenomena lokal di Amerika menjadi event belanja global yang dikenal dan diikuti oleh konsumen di berbagai negara.

Baca Juga: Akuntansi Forensik: Senjata Utama Mengungkap Kecurangan Keuangan

Mengapa Diskon Black Friday Bisa Sangat Besar?

Diskon besar yang ditawarkan saat Black Friday bukan terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan bagian dari strategi bisnis yang terencana. Salah satu alasan utamanya adalah upaya pelaku ritel untuk menghabiskan stok lama sebelum masuk ke periode penjualan akhir tahun dan peluncuran produk baru. Dengan memberikan potongan harga signifikan, perusahaan dapat mempercepat perputaran inventaris dan mengurangi biaya penyimpanan.

Selain itu, Black Friday dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan volume penjualan dalam waktu singkat. Meskipun margin keuntungan per produk cenderung lebih kecil, lonjakan jumlah transaksi dapat menghasilkan total pendapatan yang tetap tinggi. Strategi ini juga efektif untuk menarik konsumen baru yang berpotensi menjadi pelanggan jangka panjang.

Faktor lain yang mendorong besarnya diskon adalah persaingan ketat antarperitel, baik di toko fisik maupun e-commerce. Untuk menarik perhatian konsumen, perusahaan berlomba-lomba menawarkan promo paling menarik, seperti flash sale, bundling produk, atau diskon terbatas waktu. Dalam konteks pemasaran, Black Friday juga berfungsi sebagai alat promosi besar-besaran yang mampu meningkatkan visibilitas merek dan memperkuat posisi bisnis di pasar.

Baca Juga: Mengapa Return On Investment Penting Dalam Keputusan Bisnis

Kategori Produk yang Paling Banyak Didiskon

Black Friday dikenal sebagai momen ketika berbagai kategori produk ditawarkan dengan potongan harga signifikan. Salah satu yang paling menonjol adalah produk elektronik dan gadget, seperti smartphone, laptop, televisi, dan aksesori teknologi. Diskon pada kategori ini biasanya cukup besar karena tingginya persaingan merek serta siklus pembaruan produk yang cepat.

Selain elektronik, produk fashion dan aksesoris juga menjadi incaran utama konsumen. Pakaian, sepatu, tas, dan jam tangan sering kali mendapatkan diskon besar sebagai bagian dari strategi clearance stok musiman. Kategori ini menarik karena memungkinkan konsumen membeli produk bermerek dengan harga yang lebih terjangkau.

Kategori lain yang tak kalah diminati adalah peralatan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari, termasuk peralatan dapur, furnitur kecil, hingga produk kecantikan. Dalam beberapa tahun terakhir, produk digital dan layanan berbasis langganan seperti software, aplikasi, dan platform streaming juga semakin sering menawarkan promo Black Friday. Beragam diskon lintas kategori inilah yang membuat Black Friday selalu dinanti oleh berbagai segmen konsumen.

Baca Juga: 3 Software Akuntansi dengan Fitur Konsolidasi Terbaik di Indonesia

Dampak Black Friday bagi Konsumen

Bagi konsumen, Black Friday memberikan peluang besar untuk menghemat pengeluaran. Diskon yang signifikan memungkinkan pembelian produk dengan harga jauh lebih rendah dibandingkan hari biasa, terutama untuk barang bernilai tinggi seperti elektronik atau kebutuhan rumah tangga. Momen ini juga sering dimanfaatkan untuk merencanakan pembelian jangka panjang atau persiapan kebutuhan akhir tahun.

Namun, di sisi lain, Black Friday juga memiliki risiko bagi konsumen, terutama terkait perilaku belanja impulsif. Dorongan diskon terbatas waktu dan strategi pemasaran agresif dapat membuat konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Selain itu, tidak semua promo benar-benar memberikan potongan harga yang nyata, sehingga konsumen perlu waspada terhadap praktik diskon semu.

Dampak lain yang perlu diperhatikan adalah potensi penipuan dan masalah layanan, seperti keterlambatan pengiriman, stok yang cepat habis, atau perbedaan spesifikasi produk. Oleh karena itu, meskipun Black Friday menawarkan banyak keuntungan, konsumen tetap dituntut untuk bersikap kritis dan bijak agar manfaat yang diperoleh sejalan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial.

Baca Juga: Gross Profit Margin: Cara Mengukur Efisiensi Dalam Penjualan

Dampak Black Friday bagi Pelaku Bisnis

Bagi pelaku bisnis, Black Friday menjadi momentum strategis untuk meningkatkan penjualan dalam waktu singkat. Lonjakan transaksi yang tinggi dapat membantu perusahaan mencapai target pendapatan tahunan, mempercepat perputaran stok, serta mengurangi biaya penyimpanan barang. Selain itu, Black Friday juga berperan sebagai sarana brand exposure, karena tingginya perhatian konsumen terhadap promo dan diskon.

Di sisi pemasaran, Black Friday memungkinkan bisnis untuk menarik pelanggan baru dan mengaktifkan kembali pelanggan lama. Melalui promo yang kompetitif, perusahaan dapat memperluas basis konsumen dan membangun loyalitas jangka panjang, terutama jika pengalaman belanja yang diberikan berjalan dengan baik. Data transaksi selama Black Friday juga menjadi sumber insight berharga untuk memahami perilaku konsumen.

Namun, Black Friday juga menghadirkan tantangan bagi pelaku bisnis, terutama terkait margin keuntungan yang menurun akibat diskon besar. Selain itu, perusahaan harus memastikan kesiapan operasional, seperti manajemen stok, sistem pembayaran, dan layanan pelanggan. Tanpa perencanaan yang matang, Black Friday justru berisiko menimbulkan kerugian finansial dan reputasi bagi bisnis.

Baca Juga: Perbedaan Revenue dan Profit yang Wajib Diketahui Pebisnis

Isu Etika dan Lingkungan di Balik Black Friday

Di balik tingginya antusiasme terhadap Black Friday, terdapat berbagai isu etika dan lingkungan yang semakin mendapat perhatian. Diskon besar-besaran sering mendorong perilaku konsumsi berlebihan, di mana barang dibeli bukan karena kebutuhan, melainkan karena dorongan harga murah. Pola ini berpotensi mempercepat siklus penggunaan produk dan meningkatkan jumlah limbah, terutama dari kemasan dan barang elektronik.

Dari sisi lingkungan, lonjakan produksi dan distribusi barang menjelang Black Friday berdampak pada peningkatan emisi karbon, penggunaan energi, serta eksploitasi sumber daya alam. Pengiriman cepat, pengembalian barang (return), dan pembungkusan berlebih turut memperbesar jejak ekologis dari aktivitas belanja massal ini.

Selain itu, isu etika juga mencakup kondisi tenaga kerja di sektor manufaktur dan logistik, yang kerap menghadapi tekanan kerja tinggi selama periode Black Friday. Sebagai respons terhadap kritik tersebut, mulai muncul gerakan alternatif seperti “Green Friday” atau “Buy Nothing Day”, yang mengajak konsumen untuk lebih sadar dan bertanggung jawab dalam berbelanja. Dengan mempertimbangkan aspek etika dan lingkungan, Black Friday dapat dilihat tidak hanya sebagai momen ekonomi, tetapi juga sebagai refleksi atas pola konsumsi modern.

Baca Juga: Variable Cost vs Fixed Cost: Apa Bedanya dan Mengapa Penting?

Peran E-Commerce dan Teknologi dalam Black Friday

Perkembangan e-commerce dan teknologi digital memiliki peran besar dalam membentuk wajah Black Friday modern. Jika sebelumnya Black Friday identik dengan antrean panjang di toko fisik, kini sebagian besar transaksi terjadi secara online melalui marketplace dan situs resmi brand. Perubahan ini membuat Black Friday lebih mudah diakses oleh konsumen di berbagai wilayah tanpa batasan geografis.

Teknologi seperti big data dan artificial intelligence (AI) memungkinkan pelaku bisnis menganalisis perilaku konsumen secara lebih akurat. Data riwayat pencarian, preferensi belanja, dan pola transaksi digunakan untuk menyusun promo yang lebih personal dan tepat sasaran. Selain itu, sistem pembayaran digital, dompet elektronik, serta fitur paylater turut mendorong kenyamanan dan kecepatan transaksi selama periode Black Friday.

Di sisi operasional, teknologi juga berperan dalam manajemen stok, logistik, dan layanan pelanggan. Otomatisasi gudang, pelacakan pengiriman real-time, serta chatbot membantu bisnis menangani lonjakan pesanan secara efisien. Dengan dukungan teknologi, Black Friday tidak hanya menjadi ajang diskon besar, tetapi juga cerminan transformasi digital dalam industri ritel global.

Baca Juga: Apa Itu Cash Flow? Pengertian, Jenis, Dan Cara Membuatnya

Tips Belanja Saat Black Friday

Agar Black Friday benar-benar memberikan manfaat, konsumen perlu menerapkan strategi belanja yang cerdas dan terencana. Langkah pertama adalah membuat daftar kebutuhan sebelum periode diskon dimulai. Dengan menentukan prioritas, konsumen dapat menghindari pembelian impulsif yang sering muncul akibat promo terbatas waktu.

Selanjutnya, penting untuk membandingkan harga dari beberapa toko atau platform e-commerce. Tidak semua diskon mencerminkan penurunan harga yang nyata, sehingga memeriksa riwayat harga atau ulasan produk dapat membantu memastikan bahwa promo tersebut benar-benar menguntungkan. Konsumen juga disarankan untuk memperhatikan syarat dan ketentuan, seperti batas waktu promo, ketersediaan stok, serta kebijakan pengembalian barang.

Terakhir, manfaatkan teknologi dan fitur pendukung secara bijak, seperti notifikasi promo, wishlist, dan pengingat flash sale. Mengatur anggaran belanja dan memanfaatkan metode pembayaran yang aman juga menjadi kunci agar pengalaman Black Friday tetap nyaman dan terkendali. Dengan perencanaan yang matang, Black Friday dapat menjadi momen belanja yang efisien tanpa mengorbankan kondisi keuangan.

Baca Juga: Current Liabilities: Pengertian, Jenis, Dan Contohnya Dalam Bisnis

Fenomena Black Friday di Luar Amerika Serikat

Meskipun berasal dari Amerika Serikat, Black Friday kini telah berkembang menjadi fenomena global yang diadopsi oleh banyak negara. Di Eropa, Asia, hingga Amerika Latin, pelaku ritel dan e-commerce memanfaatkan momentum ini sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan menjelang akhir tahun. Perkembangan teknologi digital dan perdagangan lintas negara turut mempercepat penyebaran tradisi Black Friday ke berbagai pasar internasional.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, Black Friday mengalami penyesuaian konteks budaya dan waktu. Tidak semua negara merayakan Thanksgiving, namun diskon Black Friday tetap digelar karena tingginya minat konsumen terhadap promo global. Bahkan, beberapa marketplace menggabungkannya dengan kampanye lokal atau memperpanjang periode promo agar lebih relevan dengan perilaku belanja masyarakat setempat.

Fenomena ini menunjukkan bahwa Black Friday tidak lagi sekadar tradisi budaya Amerika, melainkan telah menjadi instrumen ekonomi global. Bagi konsumen, hal ini membuka akses terhadap promo internasional, sementara bagi pelaku bisnis, Black Friday menjadi peluang untuk memperluas pasar dan bersaing di tingkat global. Namun demikian, adaptasi yang tepat tetap diperlukan agar strategi Black Friday sesuai dengan kondisi dan karakteristik pasar masing-masing negara.

Baca Juga: Rumitnya Konsolidasi Keuangan Bisnis Retail Multi-Cabang

Kelola Transaksi Black Friday dengan Lebih Terkontrol Dengan Bambootree

Black Friday memang membuka peluang penjualan besar, tetapi juga membawa tantangan serius: transaksi melonjak, margin menipis, dan laporan keuangan harus tetap akurat. Tanpa sistem yang tepat, euforia diskon justru bisa berujung pada kekacauan pencatatan.

Di sinilah Bambootree berperan. Sebagai software akuntansi dan konsolidasi keuangan, Bambootree membantu bisnis:

  • 📊 Mencatat transaksi secara real-time, bahkan saat volume penjualan meningkat drastis
  • 🔍 Memantau profitabilitas promo, bukan sekadar jumlah penjualan
  • 🧾 Mengelola laporan keuangan terintegrasi dengan lebih rapi dan transparan
  • ⚙️ Mengurangi risiko kesalahan manual di tengah tekanan operasional

Dengan Bambootree, Black Friday tidak hanya menjadi momen diskon besar, tetapi juga kesempatan untuk menguji dan memperkuat fondasi keuangan bisnis Anda.

👉 Saat konsumen berburu harga terbaik, pastikan bisnis Anda dibekali sistem keuangan terbaik bersama Bambootree.

Baca juga: 7 Hal yang Harus Dicari dalam Software Konsolidasi Keuangan

Kesimpulan

Black Friday telah berkembang dari tradisi belanja di Amerika Serikat menjadi fenomena ekonomi global yang memengaruhi perilaku konsumen dan strategi bisnis di berbagai negara. Melalui pemahaman tentang sejarah, makna, serta alasan di balik besarnya diskon, Black Friday dapat dilihat bukan sekadar sebagai ajang belanja murah, melainkan sebagai hasil dari perencanaan bisnis dan dinamika pasar yang kompleks.

Bagi konsumen, Black Friday menawarkan peluang penghematan yang signifikan, namun tetap menuntut sikap bijak agar terhindar dari pembelian impulsif dan risiko penipuan. Sementara itu, bagi pelaku bisnis, momen ini menghadirkan potensi peningkatan penjualan, brand exposure, serta data konsumen yang berharga, sekaligus tantangan dalam menjaga margin keuntungan dan kesiapan operasional.

Di era digital, peran e-commerce dan teknologi semakin memperkuat dampak Black Friday, sekaligus memunculkan isu etika dan lingkungan yang perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, memahami Black Friday secara menyeluruh baik dari sisi ekonomi, konsumen, maupun bisnis menjadi kunci agar momen ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan bertanggung jawab, tanpa mengabaikan keberlanjutan dan kesehatan finansial jangka panjang.

Picture of Bambootree
Bambootree

Membahas seputar konsolidasi, backdate, dan laporan keuangan perusahaan.

Scroll to Top