Akuntansi

Metode Lifo: Pengertian, Manfaat, dan Perhitungannya

Dalam pengelolaan penilaian persediaan, tentunya ada berbagai macam metode yang digunakan. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode LIFO (Last In, First Out). Tapi, apa sebenarnya metode LIFO adalah dan bagaimana cara kerjanya? Apa itu Metode Lifo? Metode LIFO adalah salah satu cara untuk pengelolaan stok dengan prinsip barang yang terakhir masuk (last in) yang akan keluar terlebih dahulu (first out). Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mencocokkan biaya barang yang lebih baru dengan pendapatan yang dihasilkan, terutama dalam kondisi harga barang yang cenderung naik. Ini berarti harga barang yang dihitung untuk beban pokok penjualan akan berdasarkan harga barang yang lebih baru, yang seringkali lebih tinggi. Akibatnya, perusahaan akan mencatatkan beban pokok penjualan yang lebih besar, yang dapat mengurangi laba kena pajak. Mengapa Menggunakan Metode LIFO? Meskipun telah banyak ditinggal oleh beberapa perusahaan, memilih metode lifo dapat menjadi solusi. Teurtama pada kondisi ekonomi tertentu. Selain itu, lifo juga memiliki beraga alasan yaitu: 1. Keuntungan Pajak saat Inflasi Ini adalah alasan utama penggunaan LIFO. Saat terjadi inflasi (harga-harga cenderung naik), barang yang dibeli terakhir akan memiliki harga yang lebih mahal. Dengan menjual barang termahal ini terlebih dahulu, HPP (Harga Pokok Penjualan) menjadi lebih tinggi. HPP yang tinggi akan menghasilkan laba kotor yang lebih rendah, sehingga beban pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan menjadi lebih kecil. 2. Prinsip Penandingan (Matching Principle) yang Lebih Baik Metode LIFO menandingkan biaya paling kini (harga beli terakhir) dengan pendapatan paling kini (penjualan saat ini). Hal ini dianggap memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai laba operasional saat ini tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi harga dari persediaan lama. Baca Juga: Ketahui Perbedaan FIFO dan LIFO Dalam Pengelolaan Persediaan Cara Menghitung HPP dengan Metode LIFO (Contoh Kasus) Perhitungan metode LIFO sebenarnya cukup logis jika Anda memegang teguh prinsip “keluar dari yang terakhir”. Mari kita lihat contoh kasus sederhana dari PT Maju Jaya selama bulan Juli. Data Persediaan PT Maju Jaya: Pada tanggal 25 Juli, PT Maju Jaya berhasil menjual sebanyak 250 unit barang. Berapa HPP dan nilai persediaan akhirnya? Langkah-langkah Perhitungan HPP: Karena metode LIFO (Last-In, First-Out) digunakan, kita ambil dari pembelian terakhir terlebih dahulu. Penjualan sebanyak 250 unit akan diambil dari pembelian tanggal 20 Juli dan 10 Juli. Ambil seluruh pembelian tanggal 20 Juli: 100 unit @ Rp 12.000 = Rp 1.200.000 Kekurangan 150 unit (dari 250 – 100) diambil dari pembelian tanggal 10 Juli: 150 unit @ Rp 11.000 = Rp 1.650.000 Maka, total Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah: HPP=Rp1.200.000+Rp1.650.000=Rp 2.850.000 Perhitungan Persediaan Akhir: Persediaan Awal (1 Juli): 200 unit @ Rp 10.000 (utuh) Pembelian (10 Juli): Sisa 150 unit (dari 300 – 150) @ Rp 11.000 Pembelian (20 Juli): Habis terjual Nilai Persediaan Akhir adalah: (200×Rp10.000)+(150×Rp11.000)=Rp2.000.000+Rp1.650.000=Rp 3.650.000 Otomatiskan Perhitungan Kompleks dengan Software Konsolidasi   Bayangkan jika Anda harus melakukan perhitungan di atas untuk ribuan transaksi di beberapa anak perusahaan sekaligus. Menghitung secara manual tidak hanya memakan waktu, tetapi juga sangat rentan terhadap kesalahan (human error) yang dapat berakibat fatal pada laporan keuangan. Inilah saatnya beralih ke solusi cerdas. Dengan software konsolidasi yang memiliki fitur backdate, Anda dapat mengelola dan menyatukan data keuangan dari periode sebelumnya secara otomatis dan akurat. Tak perlu lagi pusing melacak data historis atau khawatir salah hitung. Jangan biarkan perhitungan manual menghambat pertumbuhan bisnis Anda. Coba software konsolidasi kami sekarang dan rasakan kemudahan mengelola laporan keuangan secara akurat dan efisien, bahkan untuk data historis sekalipun!

Metode Lifo: Pengertian, Manfaat, dan Perhitungannya Read More »

Proforma Invoice

Kenali Proforma Invoice dan Cara Pembuatannya

Dalam menjalankan sebuah bisnis, proses negosiasi tentunya tidak pernah ditinggalkan. Hal ini sangatlah penting untuk memastikan kesepakatan antara kedua belah pihak.    Sehingga pada proses ini adanya bukti pencatatan hasil diskusi sangatlah penting untuk menghindari kesalahpahaman. Salah satu bentuk bukti tersebut adalah  proforma invoice. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai  proforma invoice yang digunakan pada bisnis.   Apa itu Proforma invoice?    Proforma invoice atau yang biasa disebut sebagai faktur proforma adalah salah satu jenis faktur yang digunakan untuk bukti transaksi sementara. Sebab, faktur ini berisikan rincian tentang barang atau jasa yang akan disepakati bersama.  Walaupun, dokumen ini dapat dikatakan sebagai bukti transaksi, namun invoice ini bukanlah tagihan akhir atau final. Sehingga proforma invoice ini seringkali diartikan sebuah faktur sederhana yang digunakan untuk menunjukan itikad baik antara penjual dan pembeli.   Mengapa Proforma Invoice Digunakan?    Meskipun bukan tagihan resmi dari penjual, proforma invoice memiliki beragam fungsi seperti:  1. Memberikan Estimasi Biaya yang Jelas Salah satu fungsi dari proforma invoice adalah dapat memberikan estimasi biaya yang jelas. Sehingga, pembeli akan mendapatkan rincian biaya yang transparan yang dapat digunakan untuk mengajukan atau menyiapkan anggaran. 2. Menyatakan Komitmen Penjual Selanjutnya, dokumen ini juga berfungsi untuk  memberikan komitmen atas penjualan.  Hal ini karena faktur proforma akan menunjukkan bahwa penjual telah menyetujui untuk menyediakan barang atau jasa yang sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat mulai dari harga, spesifikasi, hingga syarat maupun ketentuan. 3. Dokumen Pendukung untuk Izin Impor Selain itu, proforma invoice ini juga dapat berfungsi sebagai dokumen pendukung dalam izin impor. Terutama, ketika ingin membuka  letter of credit (L/C) di bank.   Sebab, nantinya bank akan  menggunakan proforma invoice untuk memverifikasi rincian transaksi dan memastikan bahwa pembelian telah dilakukan sesuai dengan ketentuan antara penjual dan pembeli. 4. Mengamankan Proses Internal  Bagi perusahaan besar, proforma invoice digunakan sebagai dasar untuk proses persetujuan pembelian (purchase approval) di departemen keuangan sebelum Purchase Order (PO) resmi diterbitkan. 5. Menghindari Kesalahan Seperti yang diketahui, bahwa invoice ini bukanlah tagihan final. Sehingga, kedua belah pihak dapat memeriksa dan melakukan revisi, sebelum invoice yang sah diterbitkan.  Baca Juga: Contoh Metode Fifo: Manfaat dan Tantangannya Memang Apa Bedanya Dengan Invoice Biasa?    Meskipun sering dianggap sama seperti invoice, tetapi faktur ini memiliki perbedaan signifikan seperti: 1. Tujuan  Perbedaan utama terletak pada tujuannya, proforma invoice ditujukan untuk memberikan informasi mengenai estimasi biaya dan rincian transaksi. Berbeda dengan invoice yang ditujukan untuk menagih pembayaran setelah transaksi selesai dilakukan.  2. Waktu Diterbitkan  Waktu penerbitannya juga berbeda, sebab proforma invoice akan terbit di awal sebelum transaksi terjadi, sehingga sering digunakan sebagai  perkiraan biaya akan estimasi awal kepada pembeli. Sementara itu, invoice akan diterbitkan ketika barang/jasa telah diserahkan. 3. Sifat Dokumen  Beda invoice biasa dengan proforma invoice selanjutnya adalah dilihat dari sifat dokumennya. Proforma invoice bersifat sementara dan tidak mengikat secara hukum, karena hanya merupakan estimasi atau perkiraan biaya yang disepakati sebelum transaksi terjadi.  Sebaliknya, invoice biasa memiliki sifat yang sah dan mengikat secara hukum sebagai bukti transaksi yang telah selesai, serta menjadi dasar untuk menagih pembayaran sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalamnya. 4. Informasi Yang Dicantumkan  Proforma invoice mencantumkan perkiraan harga, rincian barang atau jasa, dan syarat-syarat transaksi yang belum final. Sementara invoice biasa mencantumkan informasi yang sudah pasti tentang harga akhir, jumlah yang harus dibayar, dan tanggal jatuh tempo pembayaran. 5. Pencatatan Akuntansi  Pencatatan akuntansi pada proforma invoice dan invoice biasa juga berbeda. Proforma invoice tidak dicatat sebagai transaksi yang sah dalam pembukuan perusahaan karena belum ada kewajiban pembayaran yang timbul.  Sementara itu, invoice biasa akan dicatat dalam laporan keuangan sebagai transaksi yang telah terjadi, baik itu dalam pencatatan pendapatan maupun piutang, tergantung pada kondisi pembayaran yang disepakati.   Lalu, Kapan Proforma Invoice Digunakan?  Proforma invoice umumnya digunakan pada tahap awal negosiasi atau sebelum transaksi resmi dilakukan. Selain itu, dokumen ini juga akan berguna untuk memberikan informasi terkait estimasi harga yang digunakan untuk pengajuan pembiayaan. Baca Juga: Apa Itu Sales Invoice? Pengertian dan Penjelasannya Cara Membuat Proforma Invoice   Membuat proforma invoice sebenarnya cukup mudah. Sebab, komponen-komponennya sangatlah mirip dengan invoice biasa. Berikut adalah cara membuat proforma invoice: 1. Menyiapkan Invoice Yang Unik  Untuk membuat proforma faktur, Anda dapat menyiapkan nomor faktur yang unik agar memudahkan dalam pelacakan dan referensi dimasa yang datang. 2. Menyiapkan Identitas Perusahaan  Selanjutnya Anda dapat mencantumkan identitas perusahaan seperti nama, alamat nomor telepon, hingga alamat email. Hal ini agar memudahkan pelanggan untuk menghubungi perusahaan sewaktu-waktu. 3. Memasukan Identitas Pelanggan  Langkah selanjutnya, Anda menyertakan informasi pelanggan secara lengkap  seperti nama perusahaan (atau nama pribadi untuk pembelian individu), alamat, dan kontak yang relevan. Hal ini penting untuk memverifikasi identitas penerima dan memastikan pengiriman yang tepat. 4. Membuat Waktu Jatuh Tempo Setelah semua identitas tertulis, maka Anda dapat menentukan waktu jatuh tempo sesuai dengan pembayaran yang telah disepakati, apakah itu pembayaran di muka, setelah pengiriman, atau dalam jangka waktu tertentu, seperti 30 atau 60 hari setelah penerbitan faktur. 5. Menambahkan Deskripsi Produk Anda dapat menentukan informasi produk atau jasa yang akan dibeli secara detail termasuk jumlah, ukuran, warna, maupun fitur-fiturnya. Dengan demikian, nantinya proforma invoice ini dapat mencegah kebingungan. 6. Menambahkan Syarat dan Ketentuan  Selain itu, Anda juga dapat menyertakan syarat dan ketentuan transaksi seperti kebijakan retur, garansi produk, maupun biaya-biaya lainnya. 7. Mengatur Tanggal Pengiriman Tentukan tanggal pengiriman atau tanggal perkiraan pengiriman barang atau jasa, jika sudah disepakati. Ini memberi gambaran kepada pembeli kapan mereka bisa mengharapkan produk atau layanan diterima. 8. Mengatur Masa Berlaku Tentukan masa berlaku proforma faktur. Hal ini penting agar pembeli tahu sampai kapan harga dan syarat yang tercantum dalam faktur tetap berlaku. Dalam mempermudah pembuatan proforma invoice, banyak bisnis modern yang kini telah beralih dari menggunakan templat manual ke software akuntansi.    Tantangan Lupa Input Data? Atasi dengan Bambootree    Mengelola proforma invoice, invoice komersial, PO, dan dokumen lainnya adalah tantangan. Satu kesalahan kecil seperti lupa menginput data atau terlambat mencatat transaksi dapat merusak laporan keuangan bulanan.    Oleh karena itu, kami hadir sebagai software konsolidasi dan backdate yang dapat membantu Anda dalam mengelola beragam invoice secara terintegrasi dan otomatisasi. Lalu masih ingin membiarkan kesalahan pencatatan menjadi penghambat laju bisnis Anda. Hubungi Bambootree hari ini untuk mendapatkan demo

Kenali Proforma Invoice dan Cara Pembuatannya Read More »

Retur Pembelian: Pengertian, Manfaat dan Dampak Pada Bisnis

Retur Pembelian: Pengertian, Manfaat dan Dampak Pada Bisnis

Dalam dunia bisnis, transaksi tidak selalu berjalan mulus. Terutama ketika terjadinya penerimaan barang dari supplier tidak sesuai dengan pesanan. Sehingga, proses retur pembelian memungkinkan untuk pengembalian barang yang tidak sesuai.  Apa itu Retur Pembelian  Retur pembelian (return purchase) adalah proses pengembalian barang yang telah diterima pembeli kepada penjual. Walaupun terlihat mirip dengan istilah “sales return” namun yang membedakan adalah konteks transaksi bisnis yang melibatkan pembelian barang dari supplier, dengan demikian nantinya pembelilah  yang mengembalikan barang kepada supplier yang tidak sesuai. Manfaat Bisnis Melakukan Retur Pembelian Meskipun terkesan merepotkan, melakukan retur pembelian dapat membantu dalam memanfaatkan strategis bagi bisnis Anda. Berikut adalah manfaat yang akan didapatkan bagi bisnis: 1. Menjaga Kualitas Produk  Salah satu adanya retur pembelian adalah supplier akan dapat menjaga kualitas produk kepada pembeli.  Sehingga, supplier dapat mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang mungkin saja terjadi saat proses produksi atau pengiriman barang. 2. Membantu Efisiensi Manajemen Produk  Manfaat selanjutnya dari adanya  purchase return dapat membantu dalam membersihkan gudang dari produk yang tidak sesuai atau cacat.  Sehingga, nantinya gudang tempat penyimpanan akan lebih lega dan mencegah penumpukan barang usang. 3. Mengoptimalkan Arus Kas  Tak hanya itu saja, dengan supplier menyediakan purchase return, maka arus kas akan lebih optimal. Hal ini karena pembeli akan dapat segera memperoleh pengembalian dana atau penggantian barang jika produk yang diterima tidak sesuai dengan pesanan. 4. Menjaga Hubungan Baik dengan Supplier Yang tidak kalah penting, retur pembelian ini juga akan dapat membantu dalam menjaga hubungan yang baik antara pembeli dan supplier. Dengan adanya kebijakan retur yang jelas dan transparan, kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang adil dan profesional.  Baca Juga: Mengenal Break Even Point (BEP) dan Cara Perhitungannya Dampak Retur Pembelian pada Bisnis  Tak hanya bermanfaat, tetapi retur pembelian juga memiliki dampak langsung pada area bisnis, terutama pada laporan keuangan. Berikut adalah dampaknya: 1. Mengurangi Nilai Persediaan Dampak langsung yang akan dirasakan adalah dapat mengurangi nilai persediaan. Sebab, stok barang di gudang  yang tidak sesuai akan dikembalikan. Akibatnya stok barang akan memiliki nilai yang sama dengan barang yang sudah di retur. 2. Mengurangi Utang Usaha  Dengan adanya purchase return akan dapat membantu dalam mengurangi utang usaha.   Ketika barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan atau cacat, pembeli dapat mengembalikannya dan mengurangi jumlah utang yang harus dibayar kepada supplier. 3. Mempengaruhi Harga Pokok Penjualan (HPP) Karena pencatatan akan menggunakan akun retur pembelian maka nantinya akan mengurangi total “pembelian bersih”. Sehingga, nantinya h  akan berkurang  dan mempengaruhi perhitungan HPP di laporan laba rugi.  Baca Juga: Ketahui Perbedaan FIFO dan LIFO Dalam Pengelolaan Persediaan Tantangan Pencatatan Mundur (Backdate)? Ada Solusinya! Mencatat retur pembelian terkadang rumit,  terutama ketika industri menyadari adanya kesalahan maupun kebutuhan pengembalian ketika periode pencatatan akuntansi yang sudah ditutup. Sehingga melakukan pencatatan mundur akan berisiko yang tinggi dan dapat merusakan integritas dan dn memaksa Anda dalam penyusunan laporan keuangan.  Oleh sebab itu, bambootree hadir sebagai solusi konsolidasi dan backdate yang dapat membantu Anda dalam pencatatan akuntansi yang lebih baik lagi.  Masih mau membiarkan pencatatan akuntansi berantakan dan menghambat akurasi laporan keuangan perusahaan Anda? Yuk beralih ke bambootree sekarang dan  wujudkan pengelolaan data keuangan yang komplek menjadi mudah.

Retur Pembelian: Pengertian, Manfaat dan Dampak Pada Bisnis Read More »

Mengenal Sales Return Dalam Transaksi Penjualan

Mengenal Sales Return Dalam Transaksi Penjualan

Salah satu aktivitas yang bisa terjadi saat perdagangan adalah pengembalian produk. Namun, aktivitas ini tidaklah selalu mudah karena bagi pihak penjual, proses ini sering dikaitkan dengan metode sales return yang melibatkan berbagai prosedur seperti verifikasi kondisi barang, pengelolaan stock, hingga penyusunan laporan yang akurat.     Apa itu sales return?    Sales return adalah sebuah proses yang digunakan  untuk mengembalikan barang atau item yang telah dibeli kepada penjual dengan berbagai alasan seperti barang rusak atau cacat saat diterima, produk yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan (salah ukuran, warna, atau model). dan pelanggan berubah pikiran atau tidak puas dengan produknya. Dalam bisnis perdagangan, sales return sering kali dikaitkan dengan kebijakan dan prosedur yang harus dilalui oleh penjual dalam menangani pengembalian barang yang efisien. Terlebih, proses ini harus melibatkan berbagai proses  seperti verifikasi atas kondisi barang, pengecekan kesalahan pengiriman, dan pemenuhan hak pelanggan.  Selain itu, sales return juga dapat mempengaruhi perputaran stok dan laporan keuangan perusahaan, sehingga penting bagi perusahaan untuk memiliki sistem yang baik dalam menangani pengembalian barang agar tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan mengurangi kerugian. Baca Juga: Laporan Arus Kas: Memahami dan Mengelola Kas Perusahaan Mengapa Sales Return Harus Dikelola Dengan Baik    Walaupun dengan adanya sales return sering dinilai sebagai kerugian, tetapi mengelola hal ini dengan baik justru dapat memberikan manfaat strategis bagi bisnis Anda.  1. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan  Dengan adanya kebijakan sales return, maka akan membantu dalam meningkatkan kepercayaan pelanggan. Hal ini karena pelanggan merasa lebih terlindungi dan yakin bahwa mereka tidak akan terjebak dengan produk yang tidak sesuai dengan harapan mereka.  Selain itu, kebijakan ini juga menunjukan komitmen atas perusahaan bertanggung jawab atas kualitas produk dan pelayanannya. Sehingga nantinya pelanggan akan melakukan pembelian ulang atau bahkan menjadi pembeli loyal. 2. Mendapatkan Feedback  Manfaat selanjutnya bagi industri bisnis yang menerapkan kebijakan ini adalah akan mendapatkan feedback yang berharga. Dengan demikian, bagi bisnis nantinya, mereka dapat menggunakan informasi dari pengembalian produk untuk memperbaiki kualitas produk, mengidentifikasi masalah dalam proses produksi atau pengiriman, dan menyesuaikan kebijakan atau layanan pelanggan untuk meningkatkan pengalaman konsumen 3. Memudahkan Proses Management  Tak hanya itu, adanya kebijakan sales return juga dapat membantu bisnis  dalam proses management yang mudah. Terutama, jika kebijakan ini tercatat dengan  baik dan terstruktur, bisnis dapat lebih mudah melacak pengembalian produk, mengidentifikasi pola atau tren dalam pengembalian, dan membuat keputusan yang lebih tepat berdasarkan data tersebut.  4. Laporan Keuangan Yang Kredibel  Kebijakan sales return juga akan membuat laporan keuangan yang kredibel karena pengembalian produk tercatat dengan jelas dan transparan dalam sistem akuntansi perusahaan.  Dengan demikian, nantinya laporan rugi dan neraca akan mencerminkan kondisi keuangan yang sesungguhnya.  Bagaimana Penulisan Jurnal untuk Sales Return? Secara umum, untuk mempermudah dalam laporan, sales return juga wajib untuk dicatat dalam sebuah jurnal. Hal ini bertujuan agar transaksi akan lebih tercatat dengan rapi dan memudahkan dalam pelacakan. Berikut adalah cara penulisannya pada jurnal retur penjualan: 1. Identifikasi Transaksi Sales Return Sebelum melakukan pencatatan, Anda dapat mengidentifikasi transaksi yang masuk ke dalam sales return beserta dengan alasannya. Sebab, dengan informasi ini nantinya dapat membantu memastikan bahwa transaksi tersebut telah diverifikasi dan  tercatat dengan akurat pada jurnal, menghindari kesalahan pencatatan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan. 2. Pelajari Pengaruh Akun  Selanjutnya, Anda dapat menganalisa pengaruh akun yang ada, sebab biasanya sales return akan mempengaruhi beberapa akun yang ada, seperti pendapatan penjualan, persediaan barang, dan piutang usaha atau kas. Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa setiap perubahan yang terjadi dapat tercatat dengan akurat dan mencerminkan kondisi finansial yang sesungguhnya. 3. Pencatatan Pada Jurnal  Setelah semua hal diatas diketahui, maka nantinya akan dilanjutkan untuk pencatatannya pada jurnal retur penjualan dengan format sebagai berikut:  Pendebitan (Debit) yang digunakan  untuk mengurangi pendapatan penjualan yang sudah tercatat sebelumnya. Pendebitan (Debit) yang digunakan untuk menambah kembali persediaan barang yang telah dikembalikan oleh pelanggan. Pengkreditan (Kredit) yang digunakan untuk mencatat pengembalian dana kepada pelanggan atau pengurangan piutang jika pembayaran belum dilakukan. 4. Mengoreksi Laporan Keuangan  Setelah pencatatan transaksi dilakukan, maka di tahap terakhir Anda dapat mengoreksi laporan keuangan tersebut untuk memastikan apakah transaksi sales return berpengaruh secara tepat. Koreksi ini penting untuk memastikan bahwa semua perubahan yang terjadi akibat sales return tercermin dengan akurat dalam laporan keuangan. Baca Juga: Contoh Metode Fifo: Manfaat dan Tantangannya Tantangan Retur Penjualan yang Terjadi di Periode Berbeda? Ini Solusinya! Salah satu masalah terbesar dalam akuntansi adalah ketika sales return terjadi di periode yang sudah ditutup. Misalnya, barang yang dijual bulan Desember baru dikembalikan pada bulan Januari, padahal laporan Desember sudah final. Mengubah data historis secara manual untuk laporan konsolidasi sangat berisiko dan memakan waktu. Sehingga, Bambootree hadir sebagai solusi yang cerdas dalam membantu Anda untuk dapat memperbarui laporan konsolidasi secara otomatis dan akurat tanpa merusak data yang lama. Lalu masih ingin membiarkan data sales retur menjadi berantakan. Yuk coba bambootree hari ini dan ciptakan pengalaman pengelolaan keuangan yang lebih akurat dan up-to-date.  

Mengenal Sales Return Dalam Transaksi Penjualan Read More »

Ketahui Perbedaan FIFO dan LIFO Dalam Pengelolaan Persediaan

Ketahui Perbedaan FIFO dan LIFO Dalam Pengelolaan Persediaan

Dalam pengelolaan stok barang di dunia akuntansi, terdapat dua metode yang sering dibicarakan, yaitu LIFO (Last-In, First-Out) dan FIFO (First-In, First-Out). Meskipun kedua metode ini memiliki persamaan dalam tujuannya untuk menghitung biaya persediaan dan harga pokok penjualan (HPP), tetapi perbedaan yang mendasar seperti: 1. Alur Biaya Salah satu perbedaan yang mendasar adalah alur biaya dari metode ini. Sebab, FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli atau masuk akan dijual atau digunakan terlebih dahulu. Akibatnya, dalam kondisi inflasi, biaya persediaan yang lebih lama (dengan harga lebih murah) akan tercatat sebagai biaya, sementara barang yang lebih baru (dengan harga lebih tinggi) tetap berada di stok. Sebaliknya, pada metode LIFO, barang yang terakhir masuk yang akan keluar terlebih dahulu, sehingga biaya yang lebih tinggi akan tercatat lebih dulu, sementara barang dengan harga lebih rendah tetap ada di stok. 2. Penilaian Stock Perbedaan selanjutnya yaitu dilihat dari penilaian stok. Di mana LIFO akan menilai stok berdasarkan harga terbaru yang lebih tinggi, karena barang yang terakhir masuk dianggap pertama kali keluar. Hal ini akan menyebabkan nilai persediaan yang tersisa cenderung lebih rendah, karena barang dengan harga lebih murah akan tetap ada di dalam stok. Sementara itu, FIFO akan menilai stok berdasarkan harga yang lebih lama dan lebih rendah, karena barang yang pertama kali masuk dianggap pertama kali terjual, sehingga nilai persediaan yang tersisa akan lebih tinggi. 3. Kesusuaian Setiap metode memiliki konteks idealnya masing-masing, namun regulasi memegang peranan kunci. Sehingga LIFO biasanya akan disesuaikan untuk bisnis yang memiliki fluktuasi harga yang signifikan, seperti pada sektor yang bergantung pada bahan baku atau barang dengan harga yang cenderung naik seiring waktu.   Sedangkan fifo akan lebih sesuai pada bisnis yang memiliki barang dengan harga yang cukup stabil seperti produk-produk yang memiliki masa kadaluarsa yang pendek.  Metode ini lebih tepat digunakan untuk memastikan barang yang lebih lama keluar terlebih dahulu, sehingga mengurangi risiko barang kadaluarsa atau rusak. 4. Keterbatasan Setiap metode tentunya memiliki batasannya masing-masing. LIFO, meskipun efektif dalam kondisi inflasi, dapat menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah dan tidak mencerminkan kondisi pasar secara akurat, terutama jika regulasi di negara tersebut tidak mengizinkan penggunaan metode ini. Sementara FIFO, meskipun lebih mudah diterima oleh banyak negara dan lebih mencerminkan kondisi barang yang ada, dapat menyebabkan perusahaan mencatat biaya yang lebih rendah dan mengabaikan potensi fluktuasi harga yang lebih tinggi dalam perhitungan HPP Baca Juga: Kesimpulan  Dari  perbedaan dasar lifo dan fifo diatas,  tentunya memilih metode yang tepat sangatlah bergantung pada kondisi pasardan kebutuhan bisnis yang tepat. Selain dua metode tersebut, dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik lagi, maka kamu dapat menggunakan software konsolidasi dan backdate yang dapat membantu mempercepat dan mempermudah pencatatan transaksi.

Ketahui Perbedaan FIFO dan LIFO Dalam Pengelolaan Persediaan Read More »

Break even point adalah istilah yang berguna untuk melihat total biaya yang telah dikeluarkan sama dengan pendapatan. Berikut cara perhitungannya

Mengenal Break Even Point (BEP) dan Cara Perhitungannya

Dalam mencapai keberhasilan bisnis, tentunya banyak hal yang harus dipahami. Salah satunya adalah memahami break even point (BEP) atau titik impas. Dengan memahami BEP, pemilik bisnis dapat mengetahui berapa banyak produk atau layanan yang harus dijual untuk menutupi biaya tetap maupun variabel. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang Break Even Point (BEP) meliputi pengertian dan perhitungannya.  Apa itu Break Even Point (BEP)?    Break even point (BEP) adalah salah satu istilah yang digunakan pada dunia bisnis untuk mengetahui titik ampas. Dimana total pendapatan akan sama dengan biaya yang dikeluarkan oleh bisnis.  Pada titik ini, bisnis Anda tidak mengalami keuntungan, namun juga tidak merugi.  Sehingga, BEP sering digunakan untuk sebagai titik start untuk meraih profit. Sederhananya, BEP akan sangat membantu entitas usaha dalam mengukur biaya operasional untuk mendapatkan laba.  Mengapa Pemilik Usaha Harus Mengetahui Break Even Point? Dengan mengetahui BEP (Break Even Point) dapat membantu dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik. Selain itu, mengetahui BEP juga bermanfaat untuk:  1. Menentukan Harga Jual Yang Tepat  Manfaat BEP yang paling utama adalah dapat menentukan harga jual yang tepat. Hal ini karena dengan mengetahui BEP, pengusaha dapat menghitung harga terlebih dahulu yang diperlukan untuk menutupi seluruh biaya tetap dan variabel.  2. Menetapkan Target Penjualan  Selanjutnya dengan mengetahui BEP maka pengusaha akan dapat memberikan target penjualan minimum yang harus dicapai. Sebab, dari sini pemilik dapat menetapkan target penjualan yang lebih tinggi untuk mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan 3. Mengendalikan Biaya Operasional  Dengan mengetahui BEP, itu berarti pemilik bisnis dapat mengendalikan biaya operasional. Sebab, BEP memberikan gambaran yang jelas tentang berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai titik impas. Dengan demikian, pemilik bisnis dapat memantau dan mengurangi biaya yang tidak perlu.  4. Mengambil Keputusan Strategis  Sebelum meluncurkan produk baru, menambah cabang, atau berinvestasi pada mesin baru, analisis BEP dapat memproyeksikan seberapa besar penjualan tambahan yang dibutuhkan untuk menutupi investasi tersebut.  Dengan demikian, akan membantu dalam meminimalkan risiko kerugian yang akan dialami. 5. Merencanakan Strategi Tak hanya sebatas pengambilan keputusan, mengetahui BEP juga dapat membantu dalam perencanaan strategis  yang lebih terarah. Dengan informasi mengenai titik impas, pemilik bisnis dapat merancang strategi pemasaran, penentuan harga, dan proyeksi penjualan yang lebih realistis dan terukur.    Menggunakan alat bantu seperti ClickUp dapat mempermudah Anda untuk membuat perencanaan strategi untuk mencapai tujuan. Baca Juga: Karakteristik Kas Kecil Pada Perusahaan Komponen Break Even Point  Agar lebih memahami BEP secara menyeluruh, ada beberapa komponen yang harus dipahami sebagai biaya utama seperti:  1. Biaya Tetap (Fixed Costs) Biaya tetap adalah sebuah biaya yang sudah ditetapkan, sehingga biaya ini tidak dapat dirubah-rubah misal saja seperti sewa gedung, gaji karyawan administrasi, biaya asuransi, dan pajak properti. 2. Biaya Variable (Variable Costs)  Komponen selanjutnya adalah biaya yang dapat diubah-ubah  atau biasa disebut biaya variabel seperti biaya bahan baku, biaya kemasan, dan upah tenaga kerja produksi per unit.   Bagaimana Cara Menghitung Break Even Point? Secara sederhana, perhitungan BEP dapat dihitung berdasarkan 2 hal yaitu berdasarkan unit produk dan berdasarkan nilai penjualan (Rupiah).  1. Rumus BEP per Unit Rumus ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak unit produk yang harus Anda jual untuk mencapai titik keseimbangan  Agar lebih memahaminya, Anda dapat melihat studi kasus dari kedai kopi dimana memiliki data-data berikut: Biaya Tetap (sewa, gaji barista, listrik) per bulan: Rp 10.000.000 Harga Jual per cup kopi: Rp 25.000 Biaya Variabel per cup (biji kopi, susu, cup, gula): Rp 10.000    Berikut adalah cara perhitungannya:  Artinya, Anda perlu menjual sekitar 667 cup kopi dalam sebulan untuk menutupi semua biaya Anda. Penjualan cup ke-668 adalah awal dari keuntungan Anda.  3. Rumus BEP dalam Rupiah    Selanjutnya terdapat rumus yang digunakan untuk mengetahui total nilai penjualan yang harus dicapai. Agar lebih memahaminya, Anda dapat melihat studi kasus dari kedai kopi dimana memiliki data-data berikut:   Biaya Tetap (sewa, gaji barista, listrik) per bulan: Rp 10.000.000 Harga Jual per cup kopi: Rp 25.000 Biaya Variabel per cup (biji kopi, susu, cup, gula): Rp 10.000    Berikut adalah cara perhitungannya:  Artinya, Anda perlu mencapai total pendapatan sekitar Rp 16,7 juta dalam sebulan untuk mencapai BEP. Baca Juga: Laporan Harga Pokok Produksi: Pengertian dan Peranannya   Bambootree: Optimalkan Pengelolaan Keuangan Dengan Software Konsolidasi dan Backdate   Memahami BEP bukan sekadar mengetahui angka saja, tetapi dapat membantu dalam membuat keputusan bisnis yang lebih strategis. Selain itu, BEP juga memungkinkan pemilik bisnis untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan, seperti pengendalian biaya atau peningkatan efisiensi operasional.    Namun, bagaimana jika bisnis Anda telah memiliki cabang yang cukup banyak? Disinilah yang akan membuat suatu tantangan baru dimulai. Sebab, mengumpulkan data secara manual dari berbagai sumber sangat memakan waktu dan rentan akan kesalahan.   Disini peran Bambootree hadir sebagai solusi dalam menghadapi permasalah ini. Sebagai software konsolidasi dan backdate, aplikasi bambootree mampu untuk menarik dan menggabungkan data keuangan dari berbagai entitas dalam laporan tunggal yang komprehensif.  Masih mau membiarkan data keuangan perusahaan berantakan dan tidak terpusat? Yuk coba bamboo tree sekarang dan berikan kontrol penuh atas laporan keuangan perusahaan Anda lebih akurat.  

Mengenal Break Even Point (BEP) dan Cara Perhitungannya Read More »

Scroll to Top