Dalam pengelolaan stok barang di dunia akuntansi, terdapat dua metode yang sering dibicarakan, yaitu LIFO (Last-In, First-Out) dan FIFO (First-In, First-Out). Meskipun kedua metode ini memiliki persamaan dalam tujuannya untuk menghitung biaya persediaan dan harga pokok penjualan (HPP), tetapi perbedaan yang mendasar seperti:

1. Alur Biaya

Salah satu perbedaan yang mendasar adalah alur biaya dari metode ini. Sebab, FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli atau masuk akan dijual atau digunakan terlebih dahulu. Akibatnya, dalam kondisi inflasi, biaya persediaan yang lebih lama (dengan harga lebih murah) akan tercatat sebagai biaya, sementara barang yang lebih baru (dengan harga lebih tinggi) tetap berada di stok.

Sebaliknya, pada metode LIFO, barang yang terakhir masuk yang akan keluar terlebih dahulu, sehingga biaya yang lebih tinggi akan tercatat lebih dulu, sementara barang dengan harga lebih rendah tetap ada di stok.

2. Penilaian Stock

Perbedaan selanjutnya yaitu dilihat dari penilaian stok. Di mana LIFO akan menilai stok berdasarkan harga terbaru yang lebih tinggi, karena barang yang terakhir masuk dianggap pertama kali keluar. Hal ini akan menyebabkan nilai persediaan yang tersisa cenderung lebih rendah, karena barang dengan harga lebih murah akan tetap ada di dalam stok.

Sementara itu, FIFO akan menilai stok berdasarkan harga yang lebih lama dan lebih rendah, karena barang yang pertama kali masuk dianggap pertama kali terjual, sehingga nilai persediaan yang tersisa akan lebih tinggi.

3. Kesusuaian

Setiap metode memiliki konteks idealnya masing-masing, namun regulasi memegang peranan kunci. Sehingga LIFO biasanya akan disesuaikan untuk bisnis yang memiliki fluktuasi harga yang signifikan, seperti pada sektor yang bergantung pada bahan baku atau barang dengan harga yang cenderung naik seiring waktu.  

Sedangkan fifo akan lebih sesuai pada bisnis yang memiliki barang dengan harga yang cukup stabil seperti produk-produk yang memiliki masa kadaluarsa yang pendek.  Metode ini lebih tepat digunakan untuk memastikan barang yang lebih lama keluar terlebih dahulu, sehingga mengurangi risiko barang kadaluarsa atau rusak.

4. Keterbatasan

Setiap metode tentunya memiliki batasannya masing-masing. LIFO, meskipun efektif dalam kondisi inflasi, dapat menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah dan tidak mencerminkan kondisi pasar secara akurat, terutama jika regulasi di negara tersebut tidak mengizinkan penggunaan metode ini. Sementara FIFO, meskipun lebih mudah diterima oleh banyak negara dan lebih mencerminkan kondisi barang yang ada, dapat menyebabkan perusahaan mencatat biaya yang lebih rendah dan mengabaikan potensi fluktuasi harga yang lebih tinggi dalam perhitungan HPP

Baca Juga:

Kesimpulan 

Dari  perbedaan dasar lifo dan fifo diatas,  tentunya memilih metode yang tepat sangatlah bergantung pada kondisi pasardan kebutuhan bisnis yang tepat. Selain dua metode tersebut, dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik lagi, maka kamu dapat menggunakan software konsolidasi dan backdate yang dapat membantu mempercepat dan mempermudah pencatatan transaksi.

Bagikan artikel ini ke

Scroll to Top