Author name: admin

pentingnya budgeting dalam perusahaan

Pentingnya Budgeting Dalam Perusahaan pada Keuangannya

Pentingya budgeting dalam perusahaan sebaiknya memiliki rencana atau planning pada system keuangannya. Hal ini biasa disebut dengan nama Budgeting atau Penganggarangan. Pengertian dari Anggaran adalah suatu proses perencanaan yang di susun secara sistematis pada kegiatan suatu perusahaan untuk periode yang akan datang.  Pentingnya Budgeting Dalam Perusahaan Tujuan dari penyusunan anggaran adalah agar Keuangan Perusahaan memiliki suatu harapan yang positif bagi perkembangan / keuntungan (profit) pada perusahaan tersebut. Selain itu, tujuan lain dari sebuah penyusunan anggaran adalah sebagai tolok ukur pengendalian arus keuangan agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan (Rugi) pada Perusahaan. Dalam penyusunan anggaran biasanya diambil dari Laporan-laporan atau transaksi transaksi yang sudah terjadi atau terhitung pada periode periode sebelumnya. Sebagai dasar yang sudah dialami, data data yang terjadi pada waktu lalu mampu menjadi sebuah penilaian agar keuangan pada periode mendatang dapat lebih terkontrol dan bisa lebih baik dalam mencapai sebuah tujuan perusahaan.  Nah , pada accurate online terdapat menu atau fitur yang dapat membuat suatu anggaran untuk periode yang di tuju sebagai harapan keuangan perusahaan bisa lebih baik dari periode sebelumnya. Berikut langkah-langkahnya: Pertama masuk ke menu buku besar, lalu pilih “ ANGGARAN ” Selanjutnya kita akan masuk ke form pembuatan anggaran. Kita pilih periode anggarannya dan kita bisa pilih tipe anggaran yang mau kita buat sebagai anggaran umum atau per departemen. Jika per departemen , kita diminta untuk memilih nama departemen yang akan dibuatkan anggaran pada periode yang sudah ditentukan. Lalu kita pilih nama akun yang akan kita anggarkan dan jangan lupa input nominal anggaran dari akun tersebut. Nah kalau sudah input akun-akun apa saja yang dianggarkan, jangan lupa untuk menyimpannya. Pada akhir periode, kita dapat melihat laporan Laba / rugi perbandingan Anggarannya pada MENU LAPORAN , lalu pilih keuangan dan cari “ Laporan Laba / Rugi (Perbandingan Anggaran) “  Lalu pilih periode perbandingannya, dan tampilannya seperti berikut. Baca Juga : Pengertian Rekonsiliasi Bank dalam Akuntansi Pada laporan tersebut kita dapat mengukur dan membandingkan data yang terjadi pada periode tersebut dengan data anggaran yang sudah kita buat sebelumnya. Cukup sekian informasi yang dapat saya bagikan tentang Pentingnya Budgeting pada Keuangan Perusahaan, semoga dapat membantu proses perencanaan keuangan anda.

Pentingnya Budgeting Dalam Perusahaan pada Keuangannya Read More »

metode perhitungan persediaan barang

Metode Perhitungan Persediaan Barang Dagang Pada Akuntansi

Persediaan merupakan pos aktiva yang meliputi barang-barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam operasi normal suatu perusahaan. Sistem pencatatan akuntansi persediaan dibagi menjadi dua yakni sistem perpetual dan sistem periodik, dimana untuk penentuan atas kedua sistem pencatatan tersebut bergantung pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Di dalam melaksanakan sistem persediaan barang, baik menggunakan sitem perpetual maupun periodik dapat dilakukan dengan berbagai metode perhitungan persediaan barang. Nah, apa saja metode perhitungan persediaan barang tersebut? Berikut merupakan ulasan mengenai metode perhitungan untuk persediaan barang pada akuntansi : 3 Metode Penghitungan Persediaan Barang Dagang   Metode FIFO (First In First Out) Metode FIFO merupakan metode yang paling umum digunakan dalam penghitungan metode persediaan. Dari namanya first in first out (Pertama Masuk, Pertama Keluar) bisa diartikan bahwa pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk gudang perusahaan maka itu yang terlebih dahulu dikeluarkan. Oleh karena penerapan metode ini maka saldo akhir menunjukkan barang yang dibeli terakhir sebab barang yang dibeli lebih awal akan dikeluarkan lebih awal juga. Tujuan dari metode FIFO ini adalah agar masing-masing produk tidak tertimbun terlalu lama dan menghindari kadaluarsa produk. Contoh penerapan metode ini yaitu pada produk-produk makanan olahan di supermarket.  Metode LIFO (Last in First Out) Metode LIFO (Masuk Terakhir, Keluar Pertama) adalah metode perhitungan persediaan dimana persediaan yang terakhir dibeli akan dijual terlebih dahulu dan persediaan yang pertama kali dibeli akan dikeluarkan dikemudian hari. Jadi, biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk. Metode ini digunakan untuk memudahkan proses penataan, baik untuk memasukkan maupun mengambil barang. Namun, ini merupakan metode yang lebih rumit sehingga biaya pembukuan menjadi lebih mahal. Contoh penerapannya dalam perusahaan dagang yakni dalam bidang pakaian, teknologi, elektronik, dan toko buku. Baca Juga : Barang Konsinyasi adalah: Pengertian, Contoh dan Manfaat Metode Rata-rata (Average Cost) Metode Average Cost (Rata-rata Tertimbang) merupakan metode dimana barang yang dikeluarkan dicatat berdasarkan pada harga rata-ratanya. Dalam penerapan metode ini berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang ada digudang untuk dijual tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir. Jadi persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan rata-rata yang masuk. Metode ini merupakan titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan LIFO. Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada diantara metode FIFO dan LIFO. Demikian artikel ini kali ini untuk Mengenal Metode Perhitungan Persediaan Barang Dagang Pada Akuntansi. Semoga bermanfaat, sampai jumpa di artikel selanjutnya. Terimakasih.

Metode Perhitungan Persediaan Barang Dagang Pada Akuntansi Read More »

memahami aktiva tetap

Memahami Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap di Accurate

Memahami aktiva tetap, Setelah kita memahami konsep dasar akuntansi, memahami laporan neraca dan laba rugi serta mampu membuat akun-akun neraca dan laba rugi, dan bisa menjurnal. Maka sebenarnya sudah bisa menyusun laporan keuangan. Kali ini, kita akan mengulas bersama mengenai aktiva tetap dan penyusutannya. Dimana penyusutan aktiva tetap ini mempengaruhi laporan keuangan baik neraca maupun laba rugi. Apa sebenernya aktiva tetap itu ? Mengapa ada penyusutan aktiva tetap ? Serta bagaimana pengaruhnya terhadap laporan keuangan ? Aktiva Tetap Pada dasarnya aktiva itu terbagi menjadi aktiva lancar dan tidak lancar. Aktiva lancar merupakan aktiva yang bisa dirubah dalam tempo kurang dari 1 periode atau 1 tahun. Sedangkan aktiva tidak lancar sendiri umumnya tidak berubah dalam tempo 1 periode atau 1 tahun. Pada aktiva tidak lancar, umumnya terbagi menjadi 2, yakni aktiva tetap dan aktiva lainnya (tidak termasuk aktiva tetap). Aktiva tetap merupakan aktiva yang memiliki karakteristik : Memiliki umur ekonomis (bisa dimanfaatkan) lebih dari 1 tahun Didapatkan untuk digunakan meningkatkan penjualan dan menunjang operasional perusahaan, bukan untuk dijual belikan Bisa berwujud maupun tidak berwujud Umumnya bisa mengalami penurunan nilai ekonomis (manfaat) Contoh aktiva tetap seperti : Peralatan produksi Kendaraan operasional Tanah dan bangunan kantor atau gudang Inventaris kantor Penyusutan Aktiva Tetap Dikarenakan aktiva tetap itu pada umumnya bisa mengalami penurunan nilai ekonomis (manfaat), maka harus diakui bahwa terjadi beban akibat penurunan nilai ekonomis tersebut, yang disebut sebagai Penyusutan. Penyusutan tersebut akan terjadi secara berkala sepanjang umur ekonomis atas aktiva tetap tersebut. Sebagai contoh adalah kendaraan operasional. Dimana kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Selama perjalanannya menunjang kegiatan operasional perusahaan, maka kendaraan tersebut mulai mengalami penurunan manfaat, seperti karena mengalami keausan, kerusakan, keusangan, penurunan kinerja, maupun pembatas hukum atas penggunaannya. Sehingga, kuncinya adalah penurunan nilai ekonomis sama dengan penyusutan. Lah, yang perlu diketahui adalah bahwa tidak semua aktiva tetap itu bisa mengalami penyusutan, selama memiliki nilai ekonomis (manfaat) yang tidak terbatas, seperti tanah yang selalu memiliki nilai ekonomis. Bagaimana dengan bangunannya ? Apakah juga tidak menyusut seperti tanah ? Sedangkan pada umumnya saat beli bangunan sudah beserta tanahnya. Dalam kasus ini, perlu diidentifikasi terlebih dahulu, apakah bangunan mengalami penurunan nilai ekonomis (manfaat) sepanjang penggunaannya ? Jika iya, maka bangunan tersebut mengalami penyusutan. Oleh karenanya nilai bangunan tersebut harus dipisahkan dengan tanahnya. Baca Juga : Prive dalam Akuntansi: Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitung Pengaruh Penyusutan Aktiva Tetap terhadap Laporan Keuangan Memahami aktiva tetap bahwa penyusutan aktiva tetap merupakan beban, maka tentu berpengaruh terhadap laporan keuangan, diantarnya : akan berpengaruh terhadap laba rugi dalam setiap periodenya. Semakin besar penyusutan aktiva perusahaan, maka beban yang ditanggung perusahaan tersebut semakin besar pula dan laba yang didapatkan akan lebih kecil. akan berpengaruh terhadap nilai total aktiva perusahaan di dalam neraca. selain itu, berpengaruh pula terhadap arus kas perusahaan. Dimana beban penyusutan suatu aktiva tetap memperbesar kas atas operasional atau dengan kata lain, beban penyusutan merupakan beban yang terjadi tanpa mengeluarkan kas pada saat terjadinya.

Memahami Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap di Accurate Read More »

Prive dalam Akuntansi Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitung

Prive dalam Akuntansi: Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitung

Bambootree – Dalam dunia akuntansi, terdapat istilah yang disebut prive. Istilah ini merujuk pada transaksi keuangan yang dilakukan oleh pemilik usaha untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan bisnis. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai pengertian, contoh, pengelolaan dan cara menghitung prive dalam akuntansi! Apa Itu Prive dalam Akuntansi? Dalam konteks akuntansi, prive adalah penarikan atau penggunaan aset perusahaan oleh pemilik untuk kepentingan pribadi. Contoh-contoh transaksi yang termasuk dalam kategori prive antara lain: Penarikan uang tunai dari rekening usaha untuk pengeluaran pribadi. Pembelian barang atau layanan pribadi dengan menggunakan dana perusahaan. Penggunaan aset perusahaan seperti kendaraan untuk keperluan pribadi. Pencatatan Prive dalam Akuntansi Penggunaan prive dalam akuntansi dapat dicatat dalam dua cara: Penarikan Kas oleh Pemilik: Ketika pemilik usaha menarik uang dari rekening usaha untuk pengeluaran pribadi, transaksi ini dicatat sebagai prive. Biasanya, ini dicatat sebagai pengurangan dari ekuitas di neraca atau sebagai pengeluaran di laporan laba rugi. Penggunaan Aset Usaha untuk Kepentingan Pribadi: Jika pemilik menggunakan aset perusahaan seperti kendaraan untuk keperluan pribadi, nilai yang digunakan akan dicatat sebagai pengurangan dari ekuitas. Cara Menghitung Prive Bagaimana cara menghitung prive? Rumus untuk menghitung prive adalah: Prive = Modal Akhir – (Modal Awal + Laba) Sebagai contoh: PT Juragan Sentosa memiliki modal awal Rp 350.000.000. Pemasukan laba bersih perusahaan sebesar Rp 50.000.000. Investor ingin menarik dana sehingga modal akhir menjadi Rp 100.000.000. Maka, perhitungan prive adalah: Prive = Rp 100.000.000 – (Rp 350.000.000 + Rp 50.000.000) Prive = Rp 100.000.000 – Rp 400.000.000 = -Rp 200.000.000. Hasil negatif ini menunjukkan bahwa dana sebesar Rp 200.000.000 telah ditarik untuk kepentingan pribadi. Tujuan Pencatatan Prive Mencatat prive secara tepat memiliki beberapa tujuan, yaitu: Ketepatan Laporan Keuangan Dengan mencatat penggunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, laporan keuangan akan lebih akurat dan tidak mencampuradukkan transaksi pribadi dan bisnis. Hal ini penting untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas. Pemantauan Kinerja Bisnis yang Akurat Pencatatan prive memungkinkan pemilik dan manajemen memantau kinerja bisnis secara lebih akurat. Tanpa pencatatan ini, keuntungan perusahaan dapat terlihat lebih tinggi dari yang sebenarnya. Penghindaran Masalah Hukum dan Pajak Di banyak yurisdiksi, penggunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa pencatatan yang tepat dapat menimbulkan masalah hukum dan pajak. Dengan mencatat prive secara benar, perusahaan dapat menghindari masalah tersebut. Memonitor Pengeluaran Pribadi Pemilik Pencatatan prive membantu pemilik memisahkan pengeluaran pribadi dari keuangan bisnis, memudahkan mereka untuk membuat anggaran pribadi dan mengelola keuangan pribadi lebih efektif. Memisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis Dengan mencatat prive, pemilik dapat memisahkan dengan jelas keuangan pribadi dan bisnis, memudahkan analisis dan perencanaan keuangan di kedua area. Konsekuensi Tidak Mencatat Prive Tidak mencatat prive dengan benar dapat menimbulkan beberapa konsekuensi negatif, antara lain: Ketidakakuratan Laporan Keuangan Tanpa pencatatan prive, laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, yang bisa menyebabkan kesalahan dalam analisis keuangan, perencanaan, dan pengambilan keputusan bisnis. Kesalahan Perpajakan Tidak mencatat prive dapat menyebabkan masalah perpajakan karena bisa dianggap sebagai pelanggaran pajak di beberapa yurisdiksi. Kesulitan Memisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis Tanpa pencatatan prive, akan sulit bagi pemilik untuk memisahkan keuangan pribadi dan bisnis, yang dapat mengganggu perencanaan keuangan. Kurangnya Akuntabilitas dan Transparansi Tidak mencatat prive dapat mengurangi akuntabilitas dan transparansi keuangan perusahaan, yang dapat menimbulkan kecurigaan dari pihak luar seperti investor atau kreditor. Potensi Masalah Hukum Penggunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa pencatatan yang tepat dapat dianggap sebagai tindakan ilegal. Kesulitan Manajemen Keuangan Pribadi Tanpa pencatatan prive, pemilik tidak dapat melacak pengeluaran pribadi mereka secara efektif, yang dapat menyebabkan pengelolaan keuangan pribadi yang tidak efisien. Menurut UU PPh pasal 4 ayat 3, prive tidak termasuk dalam objek pajak PPh. Namun, tetap harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebagai penghasilan yang bukan objek pajak.

Prive dalam Akuntansi: Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitung Read More »

Barang Konsinyasi adalah Pengertian, Contoh dan Manfaat

Barang Konsinyasi adalah: Pengertian, Contoh dan Manfaat

Bambootree – Barang konsinyasi adalah barang yang dititipkan oleh pemiliknya (consignor) kepada pihak lain (consignee) untuk dijual kepada pelanggan. Dalam sistem konsinyasi, barang tersebut tetap menjadi milik pemiliknya sampai berhasil terjual. Artinya, pihak yang menerima barang (consignee) tidak perlu membayar barang tersebut di muka dan hanya membayar kepada pemilik barang jika barang tersebut terjual. Pengertian Barang Konsinyasi Pemilik Barang (Consignor): Pihak yang memiliki barang dan menempatkannya di tempat pihak lain untuk dijual. Pemilik barang tetap memiliki hak kepemilikan atas barang tersebut sampai barang tersebut terjual. Penerima Barang (Consignee): Pihak yang menerima barang untuk dijual atas nama pemiliknya. Penerima barang biasanya adalah pengecer, toko, atau distributor yang menyimpan barang di lokasi mereka untuk dijual kepada konsumen akhir. Proses Penjualan: Dalam sistem konsinyasi, penerima barang tidak perlu membayar barang tersebut kepada pemilik sampai barang berhasil terjual. Penerima barang kemudian mengirimkan hasil penjualan kepada pemilik barang, dikurangi dengan komisi atau biaya layanan yang telah disepakati. Karakteristik Barang Konsinyasi Hak Kepemilikan: Barang konsinyasi tetap menjadi milik pemilik sampai dijual kepada pembeli. Oleh karena itu, risiko kerugian atas barang (misalnya, rusak atau hilang) umumnya masih menjadi tanggung jawab pemilik, kecuali disepakati lain. Tanpa Pembayaran di Muka: Penerima barang tidak perlu membeli barang tersebut. Sebaliknya, mereka menyimpan barang tersebut dan menjualnya atas nama pemilik. Komisi atau Fee: Penerima barang menerima komisi atau biaya tertentu atas setiap barang yang berhasil dijual. Jumlah ini bisa berupa persentase dari harga jual atau jumlah tetap. Contoh Barang Konsinyasi Pakaian di Toko: Seorang desainer pakaian menitipkan koleksinya di butik. Butik tersebut tidak membayar barang di muka, tetapi akan membayar desainer berdasarkan barang yang terjual, dikurangi dengan komisi yang telah disepakati. Produk di Galeri Seni: Seniman menitipkan lukisannya di galeri seni. Galeri tersebut akan menampilkan dan menjual lukisan atas nama seniman, dan seniman menerima hasil penjualan setelah dikurangi biaya komisi galeri. Manfaat Barang Consignment Bagi Pemilik Barang (Consignor): Mengurangi Risiko Penjualan: Dapat memajang barang di berbagai lokasi tanpa harus menanggung biaya penyimpanan atau pajak tambahan. Meningkatkan Penjualan: Membuka lebih banyak saluran distribusi dan meningkatkan peluang penjualan. Bagi Penerima Barang (Consignee): Tanpa Modal di Muka: Tidak perlu membeli stok barang di muka, mengurangi risiko kerugian jika barang tidak laku. Variasi Produk: Dapat menawarkan berbagai produk kepada pelanggan tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli stok. Kekurangan Barang Consignment Risiko Barang Tidak Laku: Jika barang tidak terjual, penerima barang harus mengembalikannya, yang bisa melibatkan biaya tambahan. Potensi Kehilangan atau Kerusakan: Barang konsinyasi mungkin memerlukan perlindungan ekstra untuk menghindari kerusakan atau kehilangan saat berada di tempat penerima barang. Barang konsinyasi adalah cara yang fleksibel bagi pemilik barang dan pengecer untuk menjual produk tanpa memerlukan pembayaran di muka. Sistem ini memungkinkan pemilik barang untuk memperluas distribusi produknya dan memberi pengecer kesempatan untuk menawarkan produk yang lebih banyak tanpa risiko finansial yang besar.

Barang Konsinyasi adalah: Pengertian, Contoh dan Manfaat Read More »

rekonsiliasi bank

Pengertian Rekonsiliasi Bank dalam Akuntansi

Pengertian Rekonsiliasi Bank Rekonsiliasi bank adalah Pencocokan pencatatan antara transaksi yang dibuat oleh perusahaan tertentu baik menggunakan software maupun manul dengan rekening Koran/bank statement yang diterbitkan oleh bank. Kegunaan dari proses rekonsiliasi itu sendiri adalah untuk mengantisipasi dan meminimalisir kesalahan entri data yang dilakukan oleh user di perusahaan, karena terjadinya perbedaan waktu pengakuan transaksi bank dengan perusahaan seperti Outstanding Check, dll. Rekonsiliasi bank biasanya dilakukan setiap akhir bulan, sekaligus memastikan bahwa data yang dibuat selama satu bulan sudah sesuai dan valid menurut perusahaan dan bank. Namun pada kenyataannya data yang dicatat oleh perusahaan dan bank seringkali berbeda setiap bulannya, hal ini terjadi karena bebarapa transaksi yang memang tidak bisa diperkirakan oleh perusahaan dan menunggu terbitnya bank statement/rekening Koran dari bank seperti Interest Income/bunga bank atas saldo rekening perusahaan yang tersimpan di bank dan umumnya sering disebut jasa giro. Selain jasa giro, faktor lain yang bisa menyebabkan perbedaan pencatatan transaksi perusahaan dan bank adalah, Bank Service Charge atau biaya administrasi bank atas jasa bank setiap bulannya yang dibebankan ke perusahaan. Deposit In Transit (DIT) atau cek yang telah diterima oleh perusahaan namun belum didepositokan atau belum dicatat oleh bank karena Deposit In Transit (DIT) dilakukan pada akhir bulan  saat bank sedang cut off pembukuan. Nor Sufficiet Fund (NSF) atau cek telah dikeluarkan oleh perusahaan tapi tidak diakui oleh pihak bank. Proses rekonsiliasi bank sebenarnya juga berfungsi untuk mengontrol terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh user pencatat transaksi, sehingga dapat diantisipasi sejak dini, dan membuat user pencatat transaksi lebih teliti, jujur, dan hati-hati saat mejalankan pekerjaannya. Karena tidak dipungkiri dengan semakin banyaknya aktivitas keuangan dalam suatu perusahaan, celah-celah yang rentan di manipulasi pun semakin lebar.  Baca Juga : Metode Perhitungan Stok Barang dalam Akuntansi Kesimpulan Rekonsiliasi bank adalah proses pencocokan antara catatan transaksi keuangan yang ada di buku besar perusahaan dengan catatan transaksi yang tercatat di laporan bank. Tujuan dari rekonsiliasi bank adalah untuk memastikan bahwa kedua catatan tersebut sesuai dan akurat. Dengan melakukan rekonsiliasi bank, perusahaan dapat mengidentifikasi perbedaan antara catatan perusahaan dan bank, seperti cek yang belum dicairkan, biaya bank yang belum tercatat, atau kesalahan pencatatan. Proses ini penting untuk menjaga integritas keuangan perusahaan dan memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Biasanya dilakukan secara rutin, misalnya setiap akhir bulan, untuk memastikan bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar.

Pengertian Rekonsiliasi Bank dalam Akuntansi Read More »

Scroll to Top