Author name: admin

Cara Menghitung PPh 22 pada Bidang Expor dan Impor

Cara Menghitung PPh 22 pada Bidang Expor dan Impor

Saat melakukan perdagangan ekspor dan impor, umumnya akan dikenakan pajak penghasilan pasal 22. Hal ini telah diatur dalam undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 yang menjelaskan tentang Pajak Penghasilan. Hal ini, juga sebagai dasar hukum atas PPh 22.   Ketentuan PPh 22 dalam bidang usaha expor dan impor    PPh 22 adalah pajak yang dipungut ketika terdapat transaksi perdagangan barang atau kegiatan impor dan impor. Dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBS) atau bank devisa, barang impor yang masuk ke wilayah indonesia akan mendapatkan pungutan bervariasi tergantung dari barang apa yang ada.  Berbeda dalam kegiatan ekspor pada komoditas tertentu seperti batu bara, mineral, atau bahkan logam. Nantinya pemungutan akan dikenakan sebesar pada 1,5% dari nilai ekspor.  Baca Juga: Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan Cara Menghitung Pajak PPh 22  Agar membantu Anda dalam memahami penghitungan PPh 22 dalam ekspor dan impor berikut adalah cara penghitungan PPh 22:     1. Pajak PPh 22 Impor Dalam kegiatan impor barang, memang akan dikenakan PPh 22. Hal ini karena adanya regulasi pemungutan pajak atas transaksi yang terjadi saat barang masuk ke wilayah indonesia. Perhitungan tarif PPh 22 impor biasanya memiliki variasi. Sebab nantinya akan dihitung berdasarkan penjumlahan nilai pabean (Cost,Insurance, freight(CIF)) dan bea masuk.    Berikut adalah Cara menghitung PPH 22 Impor: PPh 22 Impor=Tarif×(Nilai Pabean+Bea Masuk).    Berikut adalah tarif PPh 22 yang berlaku untuk impor: 10% dari nilai impor untuk barang tertentu yang tercantum dalam Lampiran I PMK No. 34/PMK.010/2017. 7,5% dari nilai impor untuk barang tertentu lainnya yang tercantum dalam Lampiran II PMK No. 34/PMK.010/2017. 2,5% dari nilai impor bagi importir yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) untuk barang selain yang disebutkan di atas. 0,5% dari nilai impor untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API. 7,5% dari nilai impor bagi importir yang tidak memiliki API atau barang yang tidak dikuasai. Baca Juga: Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan Contoh Perhitungan: Misal saja PT Cinta Sejati mengimpor barang dari negara lain dengan rincian sebagai berikut:  Nilai pabean: Rp100.000.000 Bea Masuk: Rp5.000.000 Termasuk dalam kategori API biasa → tarif 2,5% Maka cara menghitungnya adalah:  PPh 22 Impor=2,5%×(100.000.000+5.000.000)=Rp2.625.000  Pajak PPh 22 Ekspor  Selain itu, kegiatan ekspor barang ke negara lain juga akan mendapatkan pungutan pph 22. Terutama pada bidang usaha pertambangan maupun mineral. Berbeda dengan perhitungan yang dilakukan saat impor.  PPh 22 ini biasanya akan dihitung berdasarkan nilai dari Free On board (FOB) yaitu 1,5% pada nilai ekspor komoditas tambang seperti batu bara, mineral logam, dan mineral bukan logam. Berikut adalah cara untuk menghitungnya: PPh 22 Ekspor=Tarif×Nilai Ekspor (FOB)  Contoh perhitungan:  Misalkan PT Cinta Sejati mengekspor batu bara dengan nilai FOB sebesar Rp1.000.000.000. Lalu Cara Perhitungan PPh 22 Ekspor sebagai berikut:  PPh 22 Ekspor = 1,5% × Rp1.000.000.000 = Rp15.000.000 Semoga penjelasan singkat ini tentang PPh 22 ini dapat membantu Anda dalam penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22.  Jika ingin mendapatkan kemudahan dalam mengatur pajak dalam perdagangan, maka Anda dapat menggunakan aplikasi bambootree yang dapat membantu Anda dalam pencatatan keuangan dan pajak.

Cara Menghitung PPh 22 pada Bidang Expor dan Impor Read More »

Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan

Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan

Pentingnya pajak bagi setiap individu, terutama dalam dunia bisnis perdagangan. Salah satu jenis pajak yang sangat relevan bagi pebisnis yang bergerak di bidang usaha impor, ekspor dan re-impor adalah Pajak Penghasilan Pasal 22 atau PPH 22.   Apa itu Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPH 22)?  Pajak Penghasilan Pasal 22 atau yang dikenal sebagai PPH 22 adalah salah satu bentuk potongan atau pemungutan pajak yang dikenakan pada saat transaksi perdagangan barang. Biasanya potongan ini akan dipungut ketika adanya aktivitas perdagangan seperti impor, ekspor, atau re-impor baik itu milik pemerintah maupun swasta.  Pemungutan PPh Pasal 22 memiliki dasar hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pada UU tersebut dijelaskan terkait ketentuan perpajakan termasuk tentang pemungut PPH pasal 22, yang berlaku pada transaksi perdagangan tertentu seperti penjualan impor dan expor. Baca Juga: Pajak Penghasilan Pasal 21 : Pengertian dan Penjelasannya Pemungut PPh Pasal 22  PPh 22 pada dasarnya akan dipungut oleh pihak-pihak tertentu atas transaksi penjualan barang tertentu, terutama terkait pada bidang impor, ekspor, dan re-impor. Berikut adalah pihak-pihak yang ditunjuk untuk memungut PPh 22 yaitu: 1. Bendahara Pemerintah  Salah satu pemungut yang ditetapkan pada UU tersebut adalah bendahara pemerintah yang mencakup bendahara pemerintah pusat, daerah, lembaga pemerintahan maupun yang bertanggung jawab dalam memegang kas.  2. Badan Usaha Tertentu  Selanjutnya terdapat badan usaha tertentu yang dapat memungut pajak yang melakukan impor atau bisnis dibidang lain baik pemerintah maupun swasta.  3. Wajib Pajak Tertentu  Dalam UU tersebut juga mengatur bahwa wajib pajak tertentu dapat memungut pajak dari hasil transaksi yang dianggap sebagai barang mewah. Misal saja pembelian kapal pesiar maupun kendaraan mewah.  4. Pihak Lainnya  Selain itu, pada UU yang membahas pph 22 dijelaskan bahwa terdapat pihak lain yang dapat ditunjuk  untuk membayar, menyetor, dan/atau melaporkan pajak atas barang dan jasa yang diberikan  oleh klien. (PMK-58/PMK.03.22).  5. Pihak yang Ditunjuk  Menteri menunjuk Pihak Lain untuk membayar, menyetor, dan/atau melaporkan Pajak Penghasilan atas penjualan emas berikut: a. Emas Perhiasan; dan b. Emas Batangan. Baca Juga:  Penerimaan Negara Bukan Pajak: Pengertian dan Regulasinya Bidang usaha  yang wajib memungut PPH 22      PPh pasal 22 adalah sebuah pajak yang dipungut oleh pihak tertentu atas transaksi yang dilakukan secara impor, ekspor, maupun re-impor. Berikut adalah wajib pajak yang wajib memungut PPh 22 saat penjualan sebesar 1,5% dari pembelian yaitu: Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor barang.  Bendahara Pemerintah atau KPA (Kuasa Penggunaa Anggaran) sebagai pemungut pajak dari pemerintah baik itu pusat, daerah, instansi, maupun lembaga lainnya yang berkenaan dalam pembelian atau pembayaran barang.  Bendahara Pengeluaran yang melakukan pembayaran  untuk barang yang dibeli melalui mekanisme uang persediaan (UP) Kuasa  Penggunaan Anggran (KPA) atau penjabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan kepercayaan oleh KPA dalam pembelian barang secara pembayaran langsung (LS). Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN tersebut antara lainnya yaitu PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.  Selain itu terdapat BUMN yang berkenan untuk melakukan  pembayaran atas pembelian barang yang diperlukan untuk kegiatan usahanya.  Industri yang bergerak dalam sektor perkebunan, peternakan, pertanian maupun perikanan yang melakukan pembelian barang untuk keperluan aktivitas industrinya melalui  distributor maupun reseller.  Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari pemegang izin pertambangan.  Selain itu, pada artikel pajak juga menjelaskan bahwa terdapat wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPH Pasal 22 saat melakukan penjualan yaitu:  Badan Usaha: Salah satu wajib pajak yang dapat memungut PPh 22 saat penjual yaitu badan usaha yang bergerak pada bidang usaha tertentu. Seperti industri semen, kertas, baja, otomotif maupun farmasi yang melakukan penjualan kepada distributor dalam negeri. Agen Tertentu: Selanjutnya terdapat agen-agen tertentu yang dapat melakukan pemungutan pajak penghasilan pasal 22 seperti  Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM) maupun importir umum kendaraan bermotor atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri. Produsen: Pph 22  juga dapat dipungut dari hasil penjualan bahan bakar minyak seperti gas, pelumas dan minyak dari produsen atau importir bahan bakar minyak. Pihak  Lainnya: Selain itu PPh 22 dapat juga dipungut oleh pihak-pihak tertentu yang telah diatur dalam peraturan menteri keuangan (PMK) No.  90/PMK.03/2015, (PMK-58/PMK.03/2022). (PMK-48/PMK.03/2023). Objek dalam Pajak Penghasilan Pasal 22  Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34 Tahun 2017 dan diperbaharui menjadi PMK 41 Tahun 2022 tentang pemungutan PPh 22, yang termasuk objek PPh Pasal 22 (withholding tax) dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti berikut:  1.Impor barang dan ekspor komoditas Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pasal 22 akan dikenakan atas barang impor tertentu. Selain barang impor, pada ekspor komoditas tertentu juga akan mengalami pemungutan pph 22 seperti batubara maupun mineral logam. Perlu diingat untuk tarif pajaknya itu tergantung dari jenis barang ataupun status importir.  2.Pembelian oleh bendaharawan Selanjutnya objek yang dapat terkena pph 22 adalah pembelian yang dilakukan oleh bendaharawan. Biasanya pembelian ini akan dilakukan oleh bendahara pemerintah maupun Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Perlu diketahui pph 22 yang dikenakan yaitu sebesar 1,5% dari harga pembelian bukan termasuk ppn. 3. Pembelian oleh BUMN Seperti pembelian yang dilakukan oleh bendaharawan, pembelian oleh BUMN juga akan mendapatkan pungutan sebesar 1,5% dari harga pembelian (tidak termasuk PPN). 4. Penjualan hasil produksi Selain itu dalam penjualan hasil produksi yang dilakukan kepada distributor akan dikenakan perbedaaan tarif sesuai dengan hasil produksi yang dijual. Misal saja semen akan mendapatkan pungutan PPh 22 sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN. Selain itu, kertas akan mendapatkan pungutan pph 22 sebesar 0,1% dari DPP PPN.  5. Penjualan kendaraan bermotor Penjualan kendaraan bermotor dalam negeri juga   akan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45% dari DPP PPN oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM) dan importir umum kendaraan bermotor.  6. Penjualan bahan bakar dan pelumas PPh 22 juga berlaku untuk penjualan bahan bakar dan pelumas yang dilakukan oleh produsen dan importir. Lalu untuk pemungutannya sendiri mendapatkan pungutan yang bervariasi mulai dari 0,25% hingga 0,3% dari penjualan hal ini bergantung pada jenis penjualan atau pihak yang melakukan pembelian.  7.

Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan Read More »

Strategi Mengelola Kas Kecil Pada Perusahaan

Strategi Mengelola Kas Kecil Pada Perusahaan

Seringkali kas kecil kurang diperhatikan oleh bagian keuangan pada perusahaan. Hal ini akan menimbulkan bahaya, terlebih jika transaksi dengan nominal kecil dikaitkan dengan transaksi nominal besar.  Tantangan dalam Pengelolaan Kas Kecil  Setiap pengelolaan pastinya memiliki hambatan, tak terkecuali dengan pengelolaan kas kecil.  Berikut adalah tantangan yang sering terjadi saat pengelolaan kas kecil:  1. Tidak Diperhatikan  Kas kecil sering dianggap tidaklah penting, sehingga menjadi kurang diperhatikan. Akibatnya sering terjadi kesalahan hitung, ataubahkan penyalahgunaan dana. 2. Penyalahgunaan Dana  Karena kas kecil tidak dianggap penting, sering kali kas kecil tidak dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga menyebabkan kas kecil disalahgunakan oleh pengelola kas kecil. 3. Kesalahan dalam Perhitungan Karena sering dianggap tidak penting, terkadang pencatatan yang dilakukan pada jurnal kas kecil mendapatkan kesalahan berupa selisih. Ini bisa terjadi karena terdapat kesalahan dalam menghitung, pencatatan double, atau pengeluaran yang lupa dicatat. 4. Tidak adanya Batasan yang Jelas  Seringkali ditemukan, kas kecil digunakan untuk berbagai keperluan yang seharusnya tidak dibiayai dari anggaran tersebut. Sehingga, saldo kas kecil sering kali habis tanpa tujuan dengan jelas. Baca Juga: Contoh Laporan Keuangan Berdasarkan Jenis-Jenisnya Strategi dalam Pengelolaan Kas Kecil Setelah memahami tantangan dalam pengelolaan kas kecil, maka dalam pengelolaan kas kecil yang lebih baik. Maka dapat memahami strategi berikut ini:  1. Menentukan Batas Saldo Kas Kecil  Strategi utama yang dapat dilakukan adalah menentukan batas saldo pada kas kecil. Hal ini dapat meminimalisir penyalahgunaan pada aktivitas yang tidak tepat. Namun, sebelum menentukannya perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu rata-rata pengeluaran yang berasal dari kas kecil. 2. Menentukan Penanggung Jawab  Agar kas kecil dapat terkelola dengan baik, maka perusahaan harus menunjuk seseorang yang bertanggung jawab untuk mengelola kas kecil. Dengan begitu, setiap transaksi yang dilakukan pada setiap transaksi akan tercatat secara detail dan sekaligus menyimpan bukti pembayaran. 3. Menentukan Financial Controller. Selain memiliki penanggung jawab pada kas kecil, perusahaan tentunya harus memiliki financial controller yang fungsinya nanti memeriksa setiap pengeluaran benar-benar terjadi untuk kebutuhan bisnis.  Selanjutnya perusahaan dapat menentukan Quality control yang bertugas untuk memeriksa setiap pengeluaran benar-benar telah sesuai dengan kebutuhan bisnis dan tercatat akurat. 4. Melakukan Audit Secara Berkala  Selain itu, financial controller juga dapat membantu dalam mengaudit secara berkala terhadap pengelolaan kas. Hal ini agar transaksi, tidak memiliki kesalahan atau ketidaksesuaian antara saldo dengan laporan pada jurnal kas kecil. Baca Juga: 5 Akun dalam Akuntansi yang Harus Anda Ketahui Pada dasarnya setiap pengelolaan keuangan tidak bisa berjalan dengan lurus, terutama dengan banyaknya tantangan berupa tidak adanya batasan, tidak diperhatikan, dan rawan dengan penyalahgunaan. Sehingga, dalam pengelolaan kas yang baik sangat diperlukan agar pengelolaan kas kecil dapat lebih efektif dan transparan. Dengan menentukan batas saldo yang ideal, menunjuk penanggung jawab, menerapkan quality control, serta melakukan audit berkala, perusahaan dapat memastikan kas kecil dikelola secara efisien dan transparan. Jika strategi tersebut belum berhasil, maka Anda dapat menggunakan strategi dengan menggunakan software pengelolaan keuangan yang dapat membantu pencatatan transaksi kas kecil lebih akurat. Sebagai software pengelolaan keuangan, bambootreee dapat menjadi solusi terbaik untuk mengefisiensikan dalam pelaporan keuangan. Yang menariknya, software bambootree ini telah terintegrasi dengan Accurate Online sehingga laporan keuangan menjadi lebih terkelola dengan baik. Jika Anda tertarik menggunakan layanan dari bambootree, Anda dapat menghubungi tim marketing kami untuk menggunakan demo version secara gratis.  

Strategi Mengelola Kas Kecil Pada Perusahaan Read More »

Jurnal Kas Kecil Pengertian dan Fungsinya

Jurnal Kas Kecil:Pengertian dan Fungsinya

Jurnal kas kecil dalam perusahaan  bisnis sangatlah penting.  Terutama jika perusahaan ingin mendapatkan hasil keuangan yang lebih akurat. Hal ini karena pencatatan yang dilakukan pada jurnal kas kecil dilakukan secara teliti dan terorganisir.    Pengertian Jurnal Kas Kecil    Jurnal kas kecil atau yang disebut sebagai petty cash  adalah sebuah catatan keuangan dalam  jumlah kecil pada sebuah bisnis. Biasanya transaksi yang dituliskan pada jurnal ini meliputi biaya operasional seperti pembelian alat tulis kantor maupun biaya konsumsi rapat.  Selain itu, seluruh transaksi dengan nominal kecil haruslah tercatat dan dokumentasikan. Hal ini agar dapat membantu dalam melacak arus kas yang telah dilakukan oleh perusahaan.     Fungsi dan Tujuan Kas Kecil    Jurnal kas kecil sangat penting untuk dilakukan dalam mengelola keuangan, terutama dalam mencatat pengeluaran biaya operasional dengan nominal kecil. Berikut adalah fungsi dari mencatat jurnal kecil: 1. Mencatat Pengeluaran dengan Nominal Kecil Salah satu fungsi dari jurnal kas kecil adalah mencatat pengeluaran  yang dilakukan oleh perusahaan dengan nominal yang sangat kecil.  Sehingga nantinya dapat membantu dalam  pengawasan, evaluasi, maupun audit keuangan.  2. Memudahkan Pengambilan Keputusan  Dengan adanya jurnal kas kecil, maka seluruh pengeluaran dengan nominal kecil akan tercatat dengan rapi. Oleh karena itu, catatan kas ini juga berfungsi untuk membantu dalam mempermudah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. 3. Menghindari Kesalahan Alokasi Pembayaran  Jurnal kas kecil juga dapat membantu dalam menghindari kesalahan alokasi pembayaran. Sebab transaksi akan dicatat sesuai dengan jurnal yang telah dipetakan,  Itu artinya transaksi dengan nominal kecil akan dimasukan ke dalam jurnal kas kecil atau pembukuan kecil, namun transaksi dengan nominal yang besar tidak akan masuk ke dalam  pembukuan tersebut.  4. Meringankan Pekerjaan  Selanjutnya adanya kas kecil ini dapat membantu  untuk meringankan pekerjaan akuntansi. Sebab, dengan adanya pemetaaan dana yang lebih jelas, akan mempermudah dalam menganalisis laporan keuangan. 5. Mempengaruhi Kestabilan Financial Perusahaan  Melalui adanya jurnal kas kecil ini juga dapat berfungsi dalam mempengaruhi kestabilan financial perusahaan. Sebab, adanya pemetaan pada jurnal ataupun pembukuan ini arus keuangan dapat menjadi lebih jelas.   Karena jika perusahaan memerlukan pengeluaran dengan nominal kecil untuk pengeluaran operasional, tentunya akan dicatat pada jurnal kas kecil. Sehingga tidak mempengaruhi pembukuan lainnya.  Baca Juga: Jurnal Pembelian: Pengertian, Fungsi dan Jenisnya  Metode Dalam Jurnal Kas Kecil  Dalam mengelola kas kecil, tentunya terdapat dua metode dalam pencatatan pada jurnal. Berikut adalah metode yang dapat digunakan: 1. Metode Dana Tetep (Imprest Fund System) Pada jurnal kas kecil terdapat metode dana tetap (Imprest Fund System) hal ini dilakukan dengan memastikan bahwa rekening kas kecil perusahaan memiliki nominal yang sesuai dengan jumlah digunakan. Itu artinya, akuntan tidak perlu untuk mencatat secara langsung pengeluaran, namu mengumpulkan bukti-bukti transaksi terlebih dahulu.  Berikut adalah ciri-ciri dari jurnal kas kecil:  Akuntan akan mengumpulkan terlebih dahulu bukti-bukti penggunaan dana kas kecil. Pengisi ulang akan dilakukan sesuai dengan jumlah awal yang telah digunakan, itu artinya dana yang telah digunakan akan diisi ulang pada saldo kas kecil. Selanjutnya jika industri bisnis, ingin menggunakan metode imprest fund system. Pahami prosedur berikut ini: Perusahaan akan menunjuk seseorang yang ditugaskan untuk menjadi pemegang kas kecil.  Perusahaan akan memberikan sejumlah uang yang dapat digunakan untuk seluruh aktivitas bisnis misalnya pembelian alat tulis, maupun  konsumsi rapat.   Selanjutnya, jika dana pada kas kecil telah menipis maka pemegang kas kecil akan meminta perusahaan agar mengisi kembali sesuai dengan jumlah yang telah dikeluarkan  2. Metode Dana Tidak Tetap (Fluctuating Fund System) Metode selanjutnya yaitu dana tidak tetap (Fluctuating fund system). Sesuai namanya metode ini akan mengalami perubahan berdasarkan kebutuhan bisnis. Sehingga perlu adanya pencatatan secara detail pada setiap transaksi yang dilakukan.  Berbeda dengan metode tetap, pada metode ini saldo kas akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dari operasional perusahaan. Pada metode tidak tetap, berikut adalah ciri-ciri yang perlu diperhatikan:   Segala transaksi keluar akan langsung dicatat pada jurnal kas kecil Saat pengisian ulang, dana kas kecil tidak selalu sama dengan perjanjian awal karena adanya penyesuaian berdasarkan kebutuhan.   Komponen Pada Jurnal Kas Kecil  Dalam pengelolaan kas kecil, terdapat komponen utama yang perlu diperhatikan. Berikut adalah komponen-komponen yang dapat dipahami: 1. Cek  Cek adalah sebuah dokumen yang digunakan untuk membayar pencairan dana oleh bank sesuai dengan nama yang tercantum dalam check tersebut.  2. Bukti Kas Keluar  Komponen selanjutnya yaitu terdapat dokumen yang berfungsi untuk mempermudah pencatatan pengeluaran kas ke dalam laporan keuangan.  3. Bukti Pengeluaran Kas Kecil  Terdapat pula, komponen yang digunakan sebagai bukti untuk pertanggung jawaban terhadap pemakaian dana kas kecil. Biasa pada pembukuan kas, bukti pengeluaran kas kecil ini akan dilampirkan sebagai media crosscheck.  4. Permintaan Pengeluaran kas Kecil  Selanjutnya terdapat komponen yang berupa dokumen permintaan pengeluaran kas kecil. Itu berarti  dokumen ini akan digunakan oleh pengelola kas kecil untuk meminta dana.  Namun sebaliknya, dokumen ini juga berfungsi sebagai bukti pengeluaran dana yang telah dilakukan oleh pengelola kas kecil.  5. Permintaan Pengeluaran Kas Kecil Selanjutnya terdapat dokumen yang dibuat oleh pengelola kas kecil kepada bagian piutang perusahaan untuk menyiapkan bukti kas keluar.    Jurnal kas kecil adalah bagian terpenting dalam mengelola keuangan perusahaan. Hal ini karena seluruh transaksi dengan nominal kecil akan dicatat dengan detail. Dengan demikian, adanya jurnal kas kecil ini dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan. Selain itu, akan meringankan beban pekerjaan dan kesalahan alokasi pembayaran yang dapat mengakibatkan kestabilan finansial perusahaan.  Agar membantu Anda mempermudah dalam pengelolaan keuangan, penting bagi perusahaan untuk menggunakan software pengelola keuangan. Sehingga dapat mempercepat pengelolaan laporan keuangan. Sebagai salah satu software pengelolaan keuangan terbaik, bambootree hadir untuk memudahkan pengelolaan keuangan. Mulai dari jurnal, pembelian, atau bahkan pencatatan kas kecil. Akan dapat dilakukan dengan menggunakan bambootree.  Yang menariknya, bambootreee telah terintegrasi dengan sistem akuntansi terpercaya, sehingga Anda memudahkan saat menarik data dari software accurate online.  Tertarik ingin menggunakan layanan dari Bambootree? Hubungi kami sekarang dan dapatkan demo secara gratis.  

Jurnal Kas Kecil:Pengertian dan Fungsinya Read More »

5 Kesalahan Pada Penulisan Jurnal Pengeluaran Kas

5 Kesalahan Pada Penulisan Jurnal Pengeluaran Kas

Dalam dunia bisnis, pencatatan transaksi yang detail sangatlah penting. Salah satu catatan keuangan yang wajib dimiliki adalah jurnal pengeluaran kas, yang berfungsi untuk mengelola arus kas secara efektif.   Namun, dalam proses pencatatan, sering kali terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam laporan keuangan. Agar Anda dapat menghindari kesalahan tersebut, artikel ini akan membahas kesalahan utama dalam penulisan jurnal pengeluaran kas. Yuk simak selengkapnya!!!   5 Kesalahan dalam Jurnal Pengeluaran Kas  Kesalahan memang tidak bisa dihindarkan, terutama saat menulis jurnal pengeluaran kas. Berikut adalah kesalahan dalam penulisan jurnal pengeluaran kas:  1. Kesalahan dalam Penulisan Detail Transaksi Kesalahan yang yang dapat terjadi pada saat penulisan jurnal pengeluaran kas adalah tidak mencatat transaksi secara detail. Sehingga dapat menyebabkan selisih antara jurnal dengan laporan keuangan. Selain itu, dengan tidak dicatatnya transaksi secara detail akibatnya akan menyulitkan saat proses audit maupun rekonsiliasi keuangan.  2. Kesalahan Tidak menulis pengeluaran spesifik Selain ditulis secara detail, jurnal pengeluaran kas juga perlu untuk ditulis secara spesifik mungkin. Sebab ketika pengeluaran ditulis dengan deskripsi secara umum akan membuat kebingung saat audit keuangan.  Dengan demikian, menuliskan rincian secara spesifik mungkin dapat membantu sebagai media crosscheck dalam menyajikan laporan keuangan. 3. Kesalahan dalam Klasifikasi Akun Kesalahan ini sering terjadi, terutama jika volume transaksi pengeluaran sering dilakukan. Sehingga membuat adanya kesalahan dalam mengklasifikasikan akun. Misalnya saja seharusnya pengeluaran untuk operasional seharusnya itu masuk kedalam klasifikasi aset tetap. Namun, akuntan memasukkannya dalam aset beban.  Walaupun terlihat tidak penting, adanya kesalahan seperti ini jika dilakukan secara berulang dapat menyebabkan tidak adanya keseimbangan dalam laporan keuangan. 4. Kesalahan dalam Penangan Penyesuaian Kesalahan selanjutnya yaitu adanya kesalahan karena penangan kesesuaian, biasanya kesalahan ini terjadi akibat adanya diskon atau potongan, namun saat dilakukan pencatatan transaksi ini dilakukan pencatatan dengan benar. Akibatnya terdapat selisih antara saldo kan dengan akun terkait yang tidak sesuai. 5. Kesalahan Dokumentasi Selanjutnya saat penulisan jurnal pengeluaran kas dapat mengalami kesalahan dokumentasi yang dapat menyulitkan saat audit keuangan. Dokumentasi transaksi seperti faktur, kuitansi, atau bahkan nota dapat membantu mengoreksi kesalahan dalam pencatatan pada jurnal pengeluaran kas. Baca Juga: Apa Itu Pajak Penghasilan? Panduan Lengkap Memahami Pajak Penulisan jurnal pengeluaran kas, pada dasarnya sangatlah penting. Hal ini karena, jika jurnal pengeluaran kas ditulis secara salah akan membuat laporan keuangan tidak semakin akurat. Sehingga, sangat perlu untuk memastikan laporan keuangan  ditulis secara detail,  lupa untuk mengelompokan klasifikasi akun, dan tidak adanya dokumentasi seperti faktur maupun invoice.   Namun, jika Anda tidak ada waktu dalam mengecek laporan secara manual. Anda dapat mengadopsi software pengelola keuangan yang dapat membantu dalam mengatur keuangan secara lebih akurat.    Kehadiran bambootree dapat membantu bisnis Anda dalam pengelolaan keuangan menjadi lebih baik.  Apalagi, bambootree dapat terintegrasi dengan software akuntansi online terbaik yang dapat menjadi solusi dalam manajemen keuangan pada bisnis Anda.  Tertarik menggunakan bambootree? Anda dapat menghubungi kami untuk mengakses demonya secara gratis.

5 Kesalahan Pada Penulisan Jurnal Pengeluaran Kas Read More »

Jurnal Pengeluaran Kas: Pengertian, Fungsi, dan Manfaatnya

Jurnal Pengeluaran Kas: Pengertian, Fungsi, dan Manfaatnya

Dalam memantau aliran uang keluar pada bisnis, jurnal pengeluaran kas sangat diperlukan. Hal ini karena jurnal pengeluaran kas akan menjadi pondasi dalam mengatur arus keuangan bisnis.  Agar dapat lebih jelas lagi, artikel ini akan membahas tentang jurnal pengeluaran kas meliputi pengertian, fungsi hingga manfaatnya. Yuk simak artikel selengkapnya Apa itu Jurnal Pengeluaran Kas? Pengertian jurnal pengeluaran kas adalah  catatan yang dikhususkan untuk mencatat semua pembayaran tunai yang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya pada jurnal ini akan mencatat pembayaran mulai dari hutang, pembelian, operasional, atau bahkan gaji karyawan.  Pencatatan yang dilakukan pada jurnal pengeluaran kas ini berdasarkan dengan dokumen pendukung bukti transaksi. Misal saja faktur, cek, kuitansi, atau bahkan nota debit yang telah diberikan supplier dengan cap. Mengapa Jurnal Pengeluaran Kas Sangat Penting? Dalam sebuah bisnis, fungsi jurnal pengeluaran kas adalah mencatat transaksi secara detail yang dilakukan. Selain ini, jurnal pengeluaran kas memiliki fungsi sebagai:  1. Mencatat Semua Transaksi Pengeluaran Fungsi utama dari jurnal pengeluaran kas ini digunakan untuk mencatat semua transaksi yang dilakukan perusahaan secara tunai. Dengan demikian segala transaksi yang mengakibatkan pengurangan transaksi pada kas perusahaan akan tercatat pada jurnal tersebut. 2. Melakukan Pengawasan  Selanjutnya jurnal pengeluaran kas juga berfungsi untuk melakukan pengawasan kas. Hal ini karena pencatatan yang ada pada jurnal ini dilakukan secara sistematis, sehingga perusahaan dengan mudah untuk mengontrol dan memantau arus kas yang telah dikeluarkan. 3. Melakukan Pelaporan Kas  Fungsi dari jurnal pengeluaran kas dapat digunakan juga untuk melakukan pelaporan kas. Sebab, setiap detail transaksi yang dilakukan akan dicatat secara rinci. Akibatnya, akan dapat membantu dalam referensi laporan keuangan seperti arus kas atau laba rugi. 4. Melakukan Audit Pengeluaran  Jurnal pengeluaran kas juga berfungsi sebagai media untuk audit pengeluaran kas. Sehingga nantinya jika ada transaksi yang tidak sesuai. Catatan dari jurnal ini dapat menjadi bukti untuk crosscheck antara direksi dengan catatan perusahaan.  Baca Juga: Pentingnya Accurate Data Entry untuk Efisiensi Bisnis Manfaat Jurnal Pengeluaran Kas  Dengan adanya jurnal pengeluaran kas, bisnis akan memperoleh kemudahan dalam pengelolaan keuangan. Namun, tak hanya itu saja terdapat beberapa manfaat yang didapatkan oleh bisnis seperti:  1. Pengelolaan Menjadi lebih mudah  Manfaat utama dari adanya jurnal pengeluaran kas ini adalah dapat memudahkan pengelolaan serta pengawasan menjadi lebih mudah.  2. Pencatatan Lebih Detail  Selanjutnya, adanya jurnal ini juga membantu bisnis untuk dapat mencatat segala transaksi secara lebih detail. Dengan demikian, laporan keuangan akan menjadi lebih lengkap, sistematis dan akurat.  3. Mengurangi Kesalahan  Kesalahan mungkin memang tidak dapat dihindari, oleh sebab itu adanya jurnal pengeluaran kas ini dapat menjadi salah satu cara dalam mengurangi risiko kesalahan pencatatan data dan kecurangan yang dilakukan.  4. Memudahkan Pengambilan Keputusan  Seperti yang telah dijelaskan, bahwa jurnal pengeluaran kas akan mencatat seluruh pengeluaran kas secara lebih detail. Dengan demikian nantinya akan memudahkan akuntan maupun direksi untuk mengecek kondisi keuangan dan membuat keputusan berdasarkan data yang ada. Baca Juga: Pentingnya Accurate Data Entry untuk Efisiensi Bisnis Jenis Pencatatan pada Jurnal Pengeluaran Kas  Dalam kegiatan bisnis, umumnya pencatatan pada jurnal pengeluaran kas dapat dibedakan menjadi dua. Berikut adalah jenis dari pencatatan jurnal pengeluaran kas:  1. Pengeluaran Kas yang Sering Terjadi  Untuk transaksi yang sering terjadi, pada jurnal pengeluaran kas biasanya akan dimasukkan ke dalam kolom akun sendiri bersama dengan akun lawannya yaitu kas.  Berikut adalah contoh penulisan transaksi yang dilakukan secara tunai:  (Db) Pemberian barang xxxx  (Cr) Kas xxxx Sedangkan, jika bisnis melakukan transaksi pembayaran hutang, maka biasanya akuntan akan menulis seperti ini:  Transaksi tanpa potongan pembelian (Db) Hutang Usaha xxxx  (Cr) Kas xxxx Transaksi dengan potongan pembelian  (Db) Hutang Usaha xxxx  (Cr) Kas xxxx (Cr) Potongan pembelian xxxx  2. Pengeluaran Kas yang Jarang Terjadi  Selanjutnya, ketika bisnis melakukan pembayaran pada transaksi yang jarang terjadi. Maka pencatatan akan dilakukan dengan menulis pada kolom serba-serbi (akun lainnya) serta akun lawannya pada jurnal pengeluaran kas. Misal saja ketika perusahaan ingin melakukan transaksi pembelian peralatan atau aset lainnya secara tunai, maka pada jurnal pengeluaran kas akan ditulis seperti ini: (Db) Biaya perlengkapan xxx  (Cr) Kas xxx    Jika bisnis Anda, memiliki transaksi bervolume tinggi maka dapat mengadopsi software pengelolaan keuangan yang dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi dalam pencatatan transaksi lebih detail.  Sebagai salah satu software pengelolaan keuangan terbaik, bambootreee menyediakan berbagai macam fitur yang dapat Anda manfaatkan dalam membantu dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik. Menariknya lagi, software bambootree ini dapat terintegrasi dengan sistem accurate online secara seamless. Tertarik untuk mengefisiensikan proses pengelolaan keuangan? Hubungi tim marketing kami sekarang.  

Jurnal Pengeluaran Kas: Pengertian, Fungsi, dan Manfaatnya Read More »

Scroll to Top