Mengevaluasi kinerja perusahaan tentunya sangatlah penting, terutama dalam menciptakan arus keuangan yang lebih baik. Salah satu cara yang digunakan adalah rasio profitabilitas, sehingga nantinya akan membantu perusahaan dalam mengetahui profit yang dihasilkan dari pendapatan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai rasio profitabilitas.
Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah salah satu alat yang digunakan dalam mengukur seberapa baik perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) dari pendapatnya.
Sederhananya, rasio proritabilitas ini dapat didefisikan sebagai ukuran yang digunakan untuk menilai perusahaan dalam menghasilkan keuangan dari proses produksinya.
Baca Juga: Mengapa Ada Sistem Penjualan Kredit Pada Bisnis?
Mengapa Mengetahui Rasio Profitabilitas Itu Penting?
Dalam mendukung pencatatan transaksi keuangan, rasio profitabilitas sangatlah penting, terutama dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang diperlukan oleh investor. Namun, tak hanya itu saja rasio profitabilitas penting karena dapat berperan sebagai berikut:
1. Menilai Kinerja Perusahaan
Dengan mengetahui rasio profitabilitas, perusahaan dapat terbantu untuk melihat gambaran yang jelas sehingga dapat untuk menilai kinerja perusahaan.
Hal ini juga ditambah oleh kemampuan perusahaan dalam mengidentifikasi yang diperlukan dalam mendukung langkah-langkah yang lebih strategis.
2. Membandingkan Profit Perusahaan
Rasio profitabilitas juga dapat digunakan dalam membandingkan profit perushaaan dengan tahun sebelumnya. Sehingga nantinya perusahaan dapat mengevaluasi apakah laba yang dihasilkan mengalami penurunan maupun peningkatan.
Melalui perbandingan inilah, nantinya C-level akan memrencanakan strategi yang lebih baik untuk dapat meningkatkan profitabilitas di masa depan.
3. Meningkatkan Pengelolaan Keuangan
Menariknya, mengetahui rasio profitabilitas juga dapat bermanfaat dalam pengelolaan keuangan, karena memberikan wawasan yang jelas tentang sejauh mana perusahaan menghasilkan keuntungan dari pendapatan.
Dengan demikian, managemen akan mengelola sumber daya yang lebih efektif seperti mengalokasikan dana, mengoptimalkan biaya, serta pada proses produksi.
4. Membantu Investor Dalam Keputusan Investasi
Selain bagi perusahaan, rasio profitabilitas juga digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Sehingga nantinya investor dapat menilai sejauh mana perusahaan akan menghasilkan keuntungan dan mengelola sumber daya yang lebih efisien.
Jenis-Jenis Rasio Profitablitas dan Contohnya
Dalam meninjau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka sangatlah penting dalam melihat rasio profitabilitas dari perusahaan. Berikut adalah jenis-jenis dan cara menghitungnya.
1. Gross Profit Margin (GPM)
Salah satu jenis rasio profitablitas adalah gross profit margin (GPM) yang menunjukan keunutngan kotor dari pendapatan. Sehingga semakin besar persentase yang dihasikan maka menunjukan bahwa semakin baik efisiensi produksi.
Lalu untuk menghitung GPM ini, Anda dapat menghitungnya dengan cara membagi laba kotor dengan total pendapatan yang dikalikan 100%.
Sebagai contoh, pada tahun ini Anda memperoleh laba kotor sebesar 18.000.000 dengan pendapatan 35.000.000 maka cara menghitungnya adalah 18.000.000/35.000.000 X 100% maka akan mendapatkan GPM Sebesar 51%.
2. Net Protif Margin (Margin Laba Bersih)
Jenis selanjutnya yaitu net profit margin yang dapat didefinisikan sebagai rasio yang mengukur laba bersih setelah dikurang dengan pajak. Sehingga ketika menghasilkan net profit margin yang tinggi, maka perusahaan dinilai memiliki kinerja yang baik mulai dari operasional hingga produksi.
Berikut adalah cara menghitung net profit margin, Anda dapat membagi antara laba bersih setelah pajak dengn pendapatan penjulan.
Sebagai contoh anda mendapatkan pendapatan sebesar Rp8.000.000 lalu mendapatkan laba bersih sebesar Rp5.000.000. Maka cara menghitungnya adalah 5.000.000/8.000.000 x100% = 62.5 %
4. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)
Rasio ini digunkan untuk mengukur persentase keuntungan (laba) yang diperoleh dari pemanfaatan aset tertentu. Berikut adalah cara menghitung Return on Assets Ratio (ROA), Anda dapat membaginya antara laba bersih dengan total aset. Untuk mempermudah memahaminya, kami akan menyediakan studi kasus yang sesuai
Diketahui perusahaan memiliki laba bersih sebesar Rp5.000.000 dengan total aset sebesar Rp10.000.000 maka untuk menghitungnya Anda dapat sepeti berikut 5000000/1000000= 5%
5. Rasio Pengembalian Equitas (Return on Equity Ratio (ROE))
Return On Equity Ratio atau yang dikenal sebagai rasio pengembalian equitas dapat diartikan sebagai penilaian terhadap usaha dalam menghasilkan laba dari keberhasilan manajemen modal.
Berikut adalah cara dalam menghitung ROE (Return on Equity Ratio) = (Laba bersih setelah pajak : ekuitas pemegang saham) X 100%. Sebagai contoh dalam menghitung ROE, Anda dapat melihat contoh kasus berikut. Pada tahun 2024, perusahaan tersebut mendapatkan laba bersih yang telah dikurangi pajak sebesar Rp 7.500.000 dari total ekuitas pemegang saham sebesar Rp.10.000.000. Berikut adalah cara untuk menghitungnya
ROE= 7.500.000 : 10.000.000 X 100%
ROE = 75%
5. Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales Ratio (ROS))
Return on Sales adalah salah satu rasio profitabilitas yang menunjukan tingkat keuntungan dari penjualan sebelum adanya pajak dan bunga. Jadi pada rasio ini dihitung setelah adanya biasa produksi seperti gaji, bahan baku, ataupun operasional lainnya.
Berikut adalah cara menghitung Return on sales= Laba sebelum pajak dan bunga dibagi dengan penjualan X 100%. Sebagai contoh Anda dapat melihat perhitungan berikut:
Diketahui PT. Sentosa menghasilkan keuntungan sebesar Rp5000.000,0 dengan penjualan sebesar Rp15.000.000. Berapa ROS yang dihasilkan:
Berikut adalah cara perhitungannya
ROS= 5000000/15000000 X 100%
ROS= 33.3%
6. Rasio Pengembalian Modal yang Digunakan (Return On Capital Employed (ROCE))
Return on Capital Employed adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan dari modal yang digunakan. Hal ini termasuk dari ekuitas dan kewajiban jangka panjang.
Berikut adalah cara menghitung ROCE yang dapat digunakan
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja x 100%. Untuk lebih memahaminya, Anda dapat melihat contoh berikut ini laba hasil sebesar 5000.000 dan modal kerja senilai 6000.000. Maka berikut adalah cara perhitungannya:
ROCE= (5000000/6000000) x 100% = 83%
7. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah tota dari rasio laba bersih setelah pajak dari seluruh total aktiva. Jadi ROI ini sering digunakan untuk mengukur seluruh keuntungan perusahaan dengan seluruh aktiva yang telah dilakukan.
Perlu diingat bahwa ROI tinggi berarti menunjukan kondisi perusahaan semakin baik. Dalam menghitung ROI, Anda dapat mengunakan rumus berikut ini:
ROI = (Laba atas Investasi – Investasi Awal) / Investasi Awal) / Investasi) X 100%
Sebagai contohnya,ada investor yang berinvestasi pada produk sebesar Rp5000.000 dan mendapatkan keuntungan laba sebesar Rp10.000.000. Jadi cara untuk menghitung ROI dapat seperti berikut:
ROI = (1500.000-5000.000):500000 X 100% = 2%
Kesimpulan
Rasio profitablitas adalah indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari pendapatan. Dengan mengetahui hal tersebut, maka perusahaan dapat mengevaluasi efektivitas strategi bisnis yang akan dijalankan.
Dalam membantu strategi bisnis yang lebih baik, maka dapat mengunakan software pengelolaan keuangan seperti bambootree yang dapat memberikan analisis mendalam dan akurat. Menariknya bambootree telah terintegrasi dengan sistem dari accurate online yang dapat memberikan kemudahan dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik.