Author name: admin

Rasio Profitabilitas: Pengertian dan Perannya

Rasio Profitabilitas: Pengertian dan Perannya

Mengevaluasi kinerja perusahaan tentunya sangatlah penting, terutama dalam menciptakan arus keuangan yang lebih baik. Salah satu cara yang digunakan adalah rasio profitabilitas, sehingga nantinya akan membantu perusahaan dalam mengetahui profit yang dihasilkan dari pendapatan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai rasio profitabilitas.  Pengertian Rasio Profitabilitas  Rasio profitabilitas adalah salah satu alat yang digunakan dalam mengukur seberapa baik perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) dari pendapatnya.  Sederhananya, rasio proritabilitas ini dapat didefisikan sebagai  ukuran yang digunakan untuk menilai perusahaan dalam menghasilkan keuangan dari proses produksinya. Baca Juga: Mengapa Ada Sistem Penjualan Kredit Pada Bisnis? Mengapa Mengetahui Rasio Profitabilitas Itu Penting?  Dalam mendukung pencatatan transaksi keuangan, rasio profitabilitas sangatlah penting, terutama dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang diperlukan oleh investor. Namun, tak hanya itu saja rasio profitabilitas penting karena dapat berperan sebagai berikut: 1. Menilai Kinerja Perusahaan Dengan mengetahui rasio profitabilitas, perusahaan dapat terbantu untuk melihat gambaran yang jelas sehingga dapat untuk menilai kinerja perusahaan.   Hal ini juga ditambah oleh kemampuan perusahaan dalam mengidentifikasi yang diperlukan dalam mendukung langkah-langkah yang lebih strategis. 2. Membandingkan Profit Perusahaan  Rasio profitabilitas juga dapat digunakan dalam membandingkan profit perushaaan dengan tahun sebelumnya. Sehingga nantinya perusahaan dapat mengevaluasi apakah laba yang dihasilkan mengalami penurunan maupun peningkatan.  Melalui perbandingan inilah, nantinya C-level akan memrencanakan strategi yang lebih baik untuk dapat meningkatkan profitabilitas di masa depan. 3. Meningkatkan Pengelolaan Keuangan  Menariknya, mengetahui rasio profitabilitas juga dapat bermanfaat  dalam pengelolaan keuangan, karena memberikan wawasan yang jelas tentang sejauh mana perusahaan menghasilkan keuntungan dari pendapatan.  Dengan demikian, managemen akan mengelola sumber daya yang lebih efektif seperti mengalokasikan dana, mengoptimalkan biaya, serta pada proses produksi. 4. Membantu Investor Dalam Keputusan Investasi  Selain bagi perusahaan, rasio profitabilitas juga digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Sehingga nantinya investor dapat menilai sejauh mana perusahaan akan menghasilkan keuntungan dan mengelola sumber daya yang lebih efisien.   Jenis-Jenis Rasio Profitablitas dan Contohnya  Dalam meninjau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka sangatlah penting dalam melihat rasio profitabilitas dari perusahaan. Berikut adalah jenis-jenis dan cara menghitungnya. 1. Gross Profit Margin (GPM) Salah satu jenis rasio profitablitas adalah gross profit margin (GPM) yang menunjukan keunutngan kotor dari pendapatan. Sehingga semakin besar persentase yang dihasikan maka menunjukan bahwa semakin baik efisiensi produksi.  Lalu untuk menghitung GPM ini, Anda dapat menghitungnya dengan cara membagi laba kotor dengan total pendapatan yang dikalikan 100%.  Sebagai contoh, pada tahun ini Anda memperoleh laba kotor sebesar 18.000.000 dengan pendapatan 35.000.000 maka cara menghitungnya adalah  18.000.000/35.000.000 X 100% maka akan mendapatkan  GPM Sebesar 51%. 2. Net Protif Margin (Margin Laba Bersih)  Jenis selanjutnya yaitu  net profit margin yang dapat didefinisikan sebagai rasio yang mengukur laba bersih setelah dikurang dengan pajak. Sehingga ketika menghasilkan net profit margin yang tinggi, maka perusahaan dinilai memiliki kinerja yang baik mulai dari operasional hingga produksi.  Berikut adalah cara menghitung net profit margin, Anda dapat membagi antara laba bersih setelah pajak dengn pendapatan penjulan. Sebagai contoh anda mendapatkan pendapatan sebesar Rp8.000.000 lalu mendapatkan laba bersih sebesar Rp5.000.000. Maka cara menghitungnya adalah 5.000.000/8.000.000 x100% = 62.5 % 4. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio) Rasio ini digunkan untuk mengukur persentase keuntungan (laba) yang diperoleh dari pemanfaatan aset tertentu. Berikut adalah cara menghitung Return on Assets Ratio (ROA), Anda dapat membaginya antara laba bersih dengan total aset. Untuk mempermudah memahaminya, kami akan menyediakan studi kasus yang sesuai  Diketahui perusahaan memiliki laba bersih sebesar Rp5.000.000 dengan total aset sebesar Rp10.000.000 maka untuk menghitungnya Anda dapat sepeti berikut 5000000/1000000= 5% 5. Rasio Pengembalian Equitas (Return on Equity Ratio (ROE)) Return On Equity Ratio atau yang dikenal sebagai rasio pengembalian equitas dapat diartikan sebagai penilaian terhadap usaha dalam menghasilkan laba dari keberhasilan manajemen modal. Berikut adalah cara dalam menghitung ROE (Return on Equity Ratio) = (Laba bersih setelah pajak : ekuitas pemegang saham) X 100%. Sebagai contoh dalam menghitung ROE, Anda dapat melihat contoh kasus berikut. Pada tahun 2024,  perusahaan tersebut mendapatkan laba bersih yang telah dikurangi pajak sebesar Rp 7.500.000 dari total ekuitas pemegang saham sebesar Rp.10.000.000. Berikut adalah cara untuk menghitungnya  ROE= 7.500.000 : 10.000.000 X 100%  ROE = 75% 5. Rasio Pengembalian Penjualan  (Return on Sales Ratio (ROS)) Return on Sales adalah salah satu rasio profitabilitas yang menunjukan tingkat keuntungan dari penjualan sebelum adanya pajak dan bunga. Jadi pada rasio ini dihitung setelah adanya biasa produksi seperti gaji, bahan baku, ataupun operasional lainnya.  Berikut adalah cara menghitung Return on sales= Laba sebelum pajak  dan bunga dibagi dengan penjualan X 100%.  Sebagai contoh Anda dapat melihat perhitungan berikut: Diketahui PT. Sentosa menghasilkan keuntungan sebesar Rp5000.000,0 dengan penjualan sebesar Rp15.000.000. Berapa ROS yang dihasilkan: Berikut adalah cara perhitungannya  ROS= 5000000/15000000 X 100%  ROS= 33.3% 6. Rasio Pengembalian Modal yang Digunakan (Return On Capital Employed (ROCE)) Return on Capital Employed adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan dari modal yang digunakan. Hal ini termasuk dari ekuitas dan kewajiban jangka panjang.  Berikut adalah cara menghitung ROCE yang dapat digunakan   ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja x 100%. Untuk lebih memahaminya, Anda dapat melihat contoh berikut ini laba hasil sebesar 5000.000  dan modal kerja senilai 6000.000. Maka berikut adalah cara perhitungannya:  ROCE= (5000000/6000000) x 100% = 83% 7. Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) adalah tota dari rasio laba bersih setelah pajak dari seluruh total aktiva. Jadi ROI ini sering digunakan untuk mengukur seluruh keuntungan perusahaan dengan seluruh aktiva yang telah dilakukan.  Perlu diingat bahwa ROI tinggi berarti menunjukan kondisi perusahaan semakin baik. Dalam menghitung ROI, Anda dapat mengunakan rumus berikut ini:  ROI = (Laba atas Investasi – Investasi Awal) / Investasi Awal) / Investasi) X 100%  Sebagai contohnya,ada investor yang berinvestasi pada produk sebesar Rp5000.000 dan mendapatkan keuntungan laba sebesar Rp10.000.000. Jadi cara untuk menghitung ROI dapat seperti berikut:  ROI = (1500.000-5000.000):500000 X 100% = 2%  Kesimpulan Rasio profitablitas adalah indikator yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari pendapatan. Dengan mengetahui hal tersebut, maka perusahaan dapat mengevaluasi efektivitas strategi bisnis yang akan dijalankan. Dalam membantu strategi bisnis yang lebih baik, maka dapat mengunakan software pengelolaan keuangan seperti bambootree yang dapat memberikan analisis mendalam dan akurat. Menariknya bambootree telah

Rasio Profitabilitas: Pengertian dan Perannya Read More »

Profit: Pengertian, Jenis dan Fungsinya

Profit: Pengertian, Jenis dan Fungsinya

Jika Anda belum mengetahui tentang apa itu profit? profit atau yang biasa disebut dengan laba atau keuntungan adalah hasil dari jumlah uang yang diperoleh selama penjualan. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai profit meliputi pengertian, jenis dan perannya dalam bisnis.   Pengertian Profit Profit adalah laba atau keuntungan yang dihasilkan dari penjualan produk maupun jasa. Profit dapat didefinisikan sebagai keuntungan yang telah dihasilkan dari penjualan selama periode tertentu. Biasanya profit akan dihitung ketika terdapat hasil penjualan yang melebihi dari total biaya yang telah dikeluarkan seperti pajak, operasional, atau bahkan biaya lainnya yang telah dihitung.   Jenis-Jenis Profit Profit pada sebuah bisnis memiliki jenis yang berbeda-berbeda. Hal tersebut mengacu pada faktor yang mempengaruhinya. Berikut adalah jenis-jenis dari profit tersebut: 1. Gross Profit (Laba Kotor) Laba kotor (gross profit) dapat diartikan sebagai hasil untung yang didapatkan selama transaksi penjualan yang dikurangi harga penjualan (HPP). 2. Operating Profit (Laba Operasional) Jenis selanjutnya yaitu laba operasional (operating profit). Pada jenis ini nantinya hasil dari laba kotor akan dikurangi dengan biaya-biaya yang melekat seperti gaji, sewa maupun administrasi lainnya. 3. Net Profit (Laba Bersih) Selanjutnya terdapat jenis Net Profit (laba bersih) yang dapat diartikan sebagai keuntungan yang telah dikurangi seluruh biaya termasuk pajak, bunga maupun biaya lainnya.   Baca Juga: Operating Margin: Pengertian, Fungsi, dan Rumusnya Mengapa Profit Sangat Berperan Pada Bisnis? Adanya profit sangat penting dalam mendukung keberlangsungan usaha. Namun tak hanya itu saja, profit pada bisnis juga dapat berfungsi sebagai: 1. Mendukung Keberlangsungan Usaha Salah satu fungsi profit adalah mendukung keberlangsungan usaha. Hal ini karena profit yang diperoleh dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengoperasikan bisnisnya mulai dari kegiatan operasional, pengajian, atau bahkan pembayaran hutang. 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bisnis Selain itu, dengan adanya profit maka perusahaan akan dapat terus berkembang dan bertumbuh menjadi perusahaan yang  besar. Sebab, dengan adanya profit memungkinkan perusahaan untuk dapat berinvestasi pada beragam hal mulai dari peralatan, teknologi baru, hingga perluasan jaringan distribusi. 3. Mendatangkan Investor Menariknya, ketika perusahaan telah memiliki profit yang cukup maka memungkinkan untuk investor datang dengan sendirinya.  Apalagi didukung dengan informasi keuangan yang transparan, investor akan lebih percaya untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. 4. Mengukur Efisiensi Profit juga berfungsi sebagai alat dalam mengukur efisiensi operasional bisnis. Sebab, melalui profit yang dihasilkan perusahaan dapat menganalisis seberapa efektif  sumber daya yang dibutuhkan baik itu tenaga kerja, bahan baku, maupun waktu yang digunakan. 5. Kontribusi Ekonomi Tidak kalah penting, ketika perusahaan telah memiliki profit, maka perusahaan dapat juga berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan.  Adanya profit yang diperoleh, perusahaan akan memiliki cara untuk berinvestasi pada berbagai hal seperti SDM dengan menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Baca Juga: 6 Hal Wajib Dalam Membuat Laporan Keuangan Konsolidasi   Cara menghitung Profit Seperti yang diketahui, profit memiliki beragam jenis yang berbeda. Sehingga, dalam menghitungnya pun memiliki cara masing-masing. Berikut adalah rumus dalam menghitung profit: 1. Rumus Menghitung Gross Profit (Laba Kotor) Gross Profit = Total Pendapatan  – Harga Pokok Penjualan (HPP) 2. Rumus Menghitung Operating Profit (Laba Operasional) Operating Profit = Total Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP) – Biaya Tidak Langsung (Promosi, Operasional, atau Gaji Karyawan) 3. Rumus Menghitung Net Profit (Laba Bersih) Net Profit = Total Pendapatan – Beban Usaha (Pajak dan Bunga) Baca Juga: Mengenal Jurnal Pembayaran Gaji Pada Laporan Keuangan   Kesimpulan Profit adalah laba atau keuntungan yang dihasilkan dari penjualan produk maupun jasa. profit pada perusahaan memiliki jenis yang berbeda, sehingga memiliki cara menghitungnya masing-masing. Dengan memahami apa itu profit, maka perusahaan dapat terus bertumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar. Selain itu dalam mendukung perkembangan usaha, maka sangat penting dalam mencatat laporan keuangan. Oleh sebab itu, kehadiaran bambootree.id sebagai software pengelolaan keuangan dapat membantu Anda memberikan solusi yang tepat mulai dari pengelolaan arus kas, menulis jurnal, maupun membuat laporan keuangan.  

Profit: Pengertian, Jenis dan Fungsinya Read More »

Operating Margin: Pengertian, Fungsi, dan Rumusnya

Operating Margin: Pengertian, Fungsi, dan Rumusnya

Pernahkah Anda berfikir bagaimana cara perusahaan mengukur seberapa efisien dalam menghasilkan keuntungan bagi bisnis?. Salah satu cara dalam mengukurnya adalah menggunakan operating margin.   Operating margin pada dasarnya digunakan untuk melihat rasio yang menunjukan persentase keuntungan operasional dari pendapatan bersih. Berikut adalah pengertian, fungsi, dan rumus dalam menghitungnya.  Pengertian Operating Margin Operating margin adalah indikator yang digunakan oleh perusahaan dalam mengukur besar kecilnya persentase laba atas penjualan yang telah dilakukan.  Dalam indikator margin tersebut, menunjukkan seberapa banyak pendapatan yang telah dikurangi biaya operasional. Namun perlu diingat bahwa rasio ini tidak memperhitungkan pengeluaran lainnya seperti pajak, bunga, maupun biaya non operasional lainnya. Dengan demikian, operating margin atau yang disingkat OPM akan menunjukan keuntungan yang murni pada penjualan yang telah dilakukan. Baca Juga: Pahami Komponen Dalam Jurnal Pelunasan Piutang Mengapa Operating Margin Penting Untuk Indikator Kesehatan Bisnis? Pada dasarnya, operating margin dapat membantu perusahaan dalam mengukur efisiensi operasional suatu bisnis. Namun, tak hanya itu saja margin operasi ini juga berfungsi sebagai: 1. Mengukur Efisiensi Operasional  Salah satu fungsi dari operating margin adalah untuk mengukur efisiensi operasional bisnis. Sebab, pada rasio sebut akan menampilkan persentase laba yang dihasilkan dari penjualan setelah dikurangi biaya-biaya langsung selain bunga dan pajak seperti operasional maupun  biaya produksi. 2. Membandingkan Perusahaan dalam Industri yang sama  Operating margin juga berfungsi sebagai alat banding antar perusahaan yang bergerak pada industri yang sama. Hal ini dikarenakan  rasio yang ada akan memberikan gambaran yang jelas tentang seberapa efisien produk yang dipasarkan dalam menghasilkan keuntungan bisnis dibandingkan para pesaingnya. 3. Memberikan gambaran profitabilitas bisnis Seperti yang sudah dijelaskan bahwa operating margin digunakan sebagai indikator keuntungan bersih dari hasil penjualan. Sehingga, pada rasio ini akan menunjukan gambaran tentang profitabilitas bisni yang dihasilkan oleh setiap transaksi penjualan setelah dikurangi dengan biaya-biaya langsung seperti produksi, distribusi, maupun administrasi. 4.  Mengambil Keputusan  Dengan adanya operating margin juga dapat difungsikan sebagai proses dalam pengambilan keputusan strategis seperti penetapan harga jual maupun operasional. Sebab, sebelum melakukan penjulan biasanya perusahaan akan memastikan harga jual yang dihitung dari seluruh biaya operasional dan produksi. 5. Meminimalisir Resiko   Operating margin juga dapat berfungsi sebagai cara dalam meminimalisir resiko. Hal ini karena perusahaan akan dengan mudah memantau operating margin apakah biaya operasional dan produksi sudah efisien untuk menghasilkan profit yang sesuai dengan perusahaan. Baca Juga: Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus Bagaimana Cara untuk Menghitung Operating Margin?    Brigham & Houston yang membandingkan antara Earning Before Interest and Tax (EBIT) dengan penjualan yang telah dilakukan. Selain itu, Anda juga dapat menghitung dengan cara membagi operating profit dengan revenue. Perlu diingat dalam menghitung OPM perlu dikalikan 100% dalam melihat rasio.    Berikut adalah rumus dalam menghitung operating margin:  Operating profit = (EBIT/Revenue) X 100%   Dimana:  EBIT dapat diartikan sebagai biaya-biaya langsung seperti produksi maupun operasional, tetapi belum termasuk bunga dan pajak  Revenue adalah total pendapatan dari penjualan yang dikurangi potongan tertentu seperti pajak. Pastikan bahwa perhitungan yang dilakukan telah tepat, sehingga dapat memberikan gambaran tentang rasio profit dari suatu bisnis.   Contoh Menghitung Operating Margin Dalam membantu Anda dalam memahami cara menghitung operating profit berikut ini adalah studi kasus dari perusahaan PT. Cinta Sejati  Dalam laporan keuangan per tanggal 31 Desember 2023 diketahui bahwa perusahaan tersebut telah melakukan penjualan sebesar Rp20.000.000 dengan total keuntungan sebelum dikenai pajak sebesar Rp7.000.000.  Lalu yang menjadi pertanyaan berapa persen profit margin yang dihasilkan oleh PT. Cinta sejati ?  OPM= (7000000 / 20000000) x 100% OPM= 0,35%  Operating margin adalah sebuah cara perusahaan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba bersih dari proses transaksi penjualan. Namun tak tanya itu saja, OPM juga berfungsi dalam membandingkan pada perusahaan dengan industri sejenis, cara pengambilan keputusan, serta menilai profitabilitas perusahaan. Namun perlu diketahui dalam menghitung rasio ini hanya berfokus pada efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sebelum dikurangi pajak dan diskon. Cara menghitungnya pun cukup mudah, sebab Anda dapat hanya perlu untuk membagi total keuntungan dengan seluruh hasil penjualan yang nantinya dikalikan 100%.  Walaupun terlihat cukup mudah, namun perhitungan ini harus dilakukan secara akurat untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang lebih baik. Jika Anda ingin memastikan keakuratan perhitungan dan efisiensi waktu, Anda dapat menggunakan software management keuangan seperti bambootree.  Software ini dapat berguna untuk membantu dalam pengelolaan keuangan yang lebih baik mulai dari jurnal, penjualan, pembelian ataubahkan menghitung rasio profitabilitas bisnis.  

Operating Margin: Pengertian, Fungsi, dan Rumusnya Read More »

Cara Membuat Jurnal Pembayaran Gaji Dengan Praktis

Cara Membuat Jurnal Pembayaran Gaji Dengan Praktis

Dalam menjunjang laporan akuntansi, pembayaran gaji pegawai dicatat dalam jurnal pengajian (payroll jurnal) atau yang biasa disebut sebagai jurnal pembayaran gaji.  Cara Membuat Jurnal Pembayaran Gaji Dalam membuat jurnal gaji karyawan, biasanya akuntan akan melibatkan berbagai step untuk membantu ke akuratan dalam pencatatan pada jurnal. Berikut adalah langkah-langkahnya: 1. Menyiapkan Akun  Sebelum melakukan pencatatan pada jurnal pembayaran gaji, langkah awal yaitu menyiapkan akun yang berfungsi sebagai akun payroll. Sehingga, setiap transaksi pengeluaran yang digunakan untuk gaji dapat mudah untuk dilacak. 2. Mengumpulkan Data Gaji Langkah selanjutnya yaitu mengumpul data gaji, pada langkah ini umumnya akuntan maupun HR akan mencatat seluruh komponen dalam gaji seperti gaji pokok, tunjangan, Pajak Penghasilan Pasal 21, atau bahkan asuransi.  Selain itu, pada tahap ini akan terdapat bukti penunjang seperti daftar hadir maupun daftar sanksi yang berkaitan dengan pemotongan gaji. 3. Menghitung Gaji Bersih Selanjutnya akuntan akan menghitung gaji bersih yang diterima setelah mendapatkan potongan maupun tunjangan. Misal saja salah satu karyawan PT. Cinta Sejati mendapatkan gaji kotor Rp 5.000.000 dengan potongan pajak 50.000, serta potongan asuransi kesehatan dan ketenaga kerjaan sebesar Rp 150.000, maka gaji yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 4.800.000,- 4. Membuat Entri Jurnal   Setelah menghitung gaji bersih, maka selanjutnya akuntan akan membuat laporan kedalam jurnal.  Jika tedapat permasalahan yang sama seperti diatas maka dapat menulisnya pada jurnal sebagai berikut: Debet Gaji Kotor: Rp. 5.000.000,-  pada akun Payroll Expense Kredit akun kas: Rp.4.800.000,-  Catatan kredit: Rp. 200.000,- pada akun Payroll Dedustions Payable. 5. Memverifikasi dan Konfirmasi  Sebelum melanjutkan ketahap berikutnya, Anda sebagai akuntan dapat memeriksa kembali perhitungan yang sesuai untuk memastikan akurasi. Misal saja dapat dilakukan pengecekan dokument pendukung seperti slip gaji, maupun data pendukung lainnya. 6. Melakukan Posting ke Buku Besar  Setelah semua tahapan selesai dan diverifikasi, maka akutan dapat memposting catatatn jurnal tersebut kedalam buku besar untuk dicatat secara resmi.  Hal ini dilakukan untuk memudahkan ketika nantinya dilakukan audit maupun pelacakan. Baca Juga: Kenali Perbedaan Laporan Konsolidasi dan Laporan Biasa Kesimpulan Dengan memahami langkah demi langkah cara pembuatan jurnal pembayaran gaji akan membantu Anda dalam pembuatan laporan yang lebih sistematis dan rapi. Sehingga mudah ketika dilakukan audit maupun pelacakan.  Selain cara diatas, untuk mengurangi human error dalam pembuatan jurnal pembayaran gaji. Anda dapat mengunakan softwara konsolidasi & backdate dari Bambootree yang menawarkan kemudahan dalam pembuatan jurnal serta terintegrasi dengan sistem sistem accurate. 

Cara Membuat Jurnal Pembayaran Gaji Dengan Praktis Read More »

Mengapa Ada Sistem Penjualan Kredit Pada Bisnis

Mengapa Ada Sistem Penjualan Kredit Pada Bisnis?

Dalam setiap transaksi, Anda pastinya sudah tidak asing lagi dengan apa yang dimaksud dengan penjualan kredit? Penjualan kredit adalah sebuah transaksi yang dilakukan dengan penundaan pembayaran. Dengan demikian, nantinya perusahaan akan memiliki piutang dagang dari pelanggan yang melakukan transaksi.  Apa itu Penjualan Kredit? Pengertian penjualan kredit adalah suatu cara penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan durasi tertentu untuk melakukan pembayaran. Sehingga, pada metode ini biasanya penjual akan  menyerahkan barang atau jasanya terlebih dahulu, serta ditambah dengan invoice atau kwitansi pembayaran piutang dagang. Namun, nantinya pembeli akan melakukan pembayaran sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan.  Pada penjualan kredit, perusahaan dapat menentukan pembayaran secara penuh atau menggunakan metode cicilan dan angsuran. Mengapa Perusahaan Menggunakan Sistem Penjualan Kredit pada Bisnis?  Dengan adanya strategi penjualan kredit dalam membantu dalam meningkatkan penjualan. Selain itu, penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan memiliki beragam alasan seperti:  1. Meningkatkan Transaksi Penjualan  Dengan adanya penjualan kredit itu berarti perusahaan menambah opsi pembayaran, sehingga nantinya  perusahaan dapat menarik pelanggan yang ingin barang atau jasa tanpa harus membayar lunas saat transaksi terjadi. 2. Menarik Pelanggan Baru Karena adanya opsi pembayaran berupa kredit, memungkinkan dapat menarik pelanggan baru yang lebih luas. Terutama bagi mereka yang tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan pembelian barang maupun jasa yang ingin dibeli. 3. Membangun Loyalitas Pelanggan  Tak hanya itu saja, dengan melakukan penjualan kredit dapat membantu dalam membangun loyalitas bisnis kepada customer. Sebab pelanggan merasa diberikan kemudahan untuk melakukan pembayaran yang ada, ketika mereka ingin membeli produk tanpa memiliki uang tunai yang cukup. Baca Juga: Jurnal Pembelian Kredit: Pengertian, Manfaat Dan Isinya   Apa saja faktor yang mempengaruhi Penjualan Kredit?    Sebelum perusahaan menentukan penjualan secara kredit, maka perlu untuk memahami faktor-faktor dalam penjualan kredit seperti:   1. Standar Kredit  Standar kredit adalah sebuah kriteria yang ditentukan oleh perusahaan kepada seorang pelanggan yang berhak untuk memanfaatkan penawaran penjualan ini. Dengan demikian, nantinya perusahaan dapat meminimalisir resiko yang terjadi.  2. Syarat pembayaran  Dalam mempermudah pencatatan piutang dagang, perusahaan tentunya menetapkan syarat pembayaran seperti jatuh tempo maupun diskon tertentu.  3. Plafon Kredit  Faktor selanjutnya, perusahaan dapat menyiapkan plafon kredit yang menjelaskan limit dari kredit yang dapat dilakukan oleh tiap pelanggan. Selain itu, pada plafon kredit ini biasanya juga akan ditentukan format pembayaran apakah secara langsung atau pembayaran secara bertahap atau cicilan pada periode tertentu. 4. Volume Penjualan  Selain itu, tentukan juga untuk volume penjualan barang secara kredit. Sebab, nantinya metode penjualan ini akan mempengaruhi investasi piutang dagang yang dilakukan oleh perusahaan. Kesimpulan Dengan adanya penjualan kredit dapat membantu perusahaan untuk dapat meningkatkan penjualan secara penuh. Selain itu, adanya opsi pembayaran ini juga dapat membantu dalam menarik pelanggan baru dan meningkatkan loyalitas pelanggan.  Namun, perlu diketahui dalam penjualan kredit sangat penting untuk melakukan pencatatan yang sistematis pada  jurnal penjualan kredit. Sehingga setiap penjualan yang dilakukan secara hutang dapat mudah untuk dicari serta melakukan penagihan.   

Mengapa Ada Sistem Penjualan Kredit Pada Bisnis? Read More »

Jurnal Pembelian Kredit: Pengertian, Manfaat Dan Isinya

Jurnal Pembelian Kredit: Pengertian, Manfaat Dan Isinya

Dalam proses pencatatan transaksi yang sistematis, membuat pelaporan keuangan dengan menggunakan jurnal pembelian. Jurnal ini memiliki 2 jenis yang dapat disesuaikan untuk mencatat berdasarkan kebutuhan. Salah satu, jenis jurnal yang dapat dengan mudah ditemui yaitu jurnal pembelian kredit. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai pengertian, manfaat, dan cara membuat jurnal pembelian kredit. Yuk simak selengkapnya!!!! Apa itu Jurnal Pembelian Kredit? Jurnal Pembelian Kredit adalah catatan yang digunakan untuk mencatat seluruh transaksi pembelian barang atau jasa yang dibeli dengan cara kredit bukan tunai. Biasanya jurnal pembelian kredit ini akan digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan barang/jasa secara terus menerus tanpa harus memiliki dana tunai yang cukup pada transaksi tersebut. Sehingga, nantinya bisnis dapat berjalan dengan lancar dan dapat meningkatkan operasi bisnis. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua pemasok memiliki cara pembelian serupa. Sehingga, bisnis sangat perlu untuk mencari pemasok yang memiliki cara pembelian secara kredit.  Baca Juga: Jurnal Keuangan: Pengertian dan Manfaatnya Mengapa Harus Menggunakan Jurnal Pembelian Kredit dalam Pencatatan Akuntansi?  Dengan menggunakan jurnal pembelian kredit pada pencatatan akuntansi sangatlah penting, sebab memiliki beberapa alasan seperti:  1. Mencatat Lebih Sistematis  Dengan adanya jurnal pembelian kredit maka pencatatan transaksi pembelian barang atau jasa yang dilakukan secara kredit akan dicatat lebih sistematis mulai dari tanggal, nama pemasok, jumlah, hingga harga barang.  2. Menyederhanakan Pembukuan  Karena jurnal pembelian kredit ditulis dengan sistematis, maka memungkinkan proses penyederhanaan pembukuan terutama jika adanya transaksi dengan volume yang tinggi.  3. Mempermudah Audit  Jurnal pembelian kredit biasanya memiliki dokumentasi yang rici termasuk dengan faktur maupun invoice. Sehingga, hal ini dapat membantu dalam proses audit untuk pemeriksaan arus kas yang telah dikeluarkan  4. Mendukung Pengambilan Keputusan Bisnis Dengan adanya informasi yang rinci pada jurnal pembelian kredit, maka data yang ada dapat menjadi salah satu cara untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis. Baca Juga: Jurnal Pembelian: Pengertian, Fungsi dan Jenisnya  Apa Saja Isi dari Jurnal Pembelian Kredit?   Seperti pada jurnal-jurnal akuntansi lainnya, jurnal pembelian kredit wajib memberikan informasi atau data seperti:    Tanggal  Transaksi Deskripsi Singkat (Keterangan) Akun yang Terdampak  Jumlah Nominal Referensi    Bagaimana Cara Membuat Jurnal Pembelian Kredit yang Tepat?     Pada jurnal pembelian kredit perlu diketahui untuk pencatatan transaksi akan dicatat pada akun kredit utang dagang. Misalnya untuk pembelian perlengkapan dan peralatan produksi, maka akan dicatat pada kolom debit akun perlengkapan dengan kredit akun utang dagang.  Namun perlu diketahui, bila terjadi transaksi yang berulang-ulang, maka bisa dibuatkan kolom tersendiri seperti kolom serba-serbi.  Untuk mempermudah Anda dalam memahami cara pembuatan jurnal pembelian kredit, Kami sertakan contoh yang mudah Anda pahami.    Diketahui bahwa perusahaan Pada Tanggal 22 Januari  PT Cinta Sejati ingin melakukan pembelian alat kantor secara kredit dengan harga Rp 5.000.000,-  di Toko Maju Sejati.  Berikut adalah penulisan pada jurnal pembelian kredit     Tanggal Akun Yang di Kredit Debit  Kredit Pembelian Serba-serbi Utang Dagang Perkiraan  Ref Jumlah 22/01 Toko Maju Sejati Rp 5.000.000,- Rp 5000.000,- Baca Juga: Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus Kesimpulan Jurnal pembelian kredit adalah catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat seluruh transaksi pembelian secara kredit. Selain itu, jurnal pembelian kredit dibuat agar memudahkan proses audit serta  mendukung pengambilan keputusan. Namun, perlu dipahami bahwa dalam  penulisan pada jurnal pembelian kredit akan dituliskan pada akun kredit utang dagang. 

Jurnal Pembelian Kredit: Pengertian, Manfaat Dan Isinya Read More »

Scroll to Top