Author name: admin

Mengapa Membuat Laporan Keuangan Sistem Konsolidasi Penting?

Mengapa Membuat Laporan Keuangan Sistem Konsolidasi Penting?

Mengelola keuangan bukanlah hal yang mudah, terutama bagi perusahaan multi-company. Untuk mendapatkan hasil keuangan menyeluruh, sangat diperlukan laporan yang dapat menggabungkan informasi keuangan dari induk perusahaan dan anak perusahaan. Laporan tersebut disebut dengan laporan konsolidasi.  Mengapa Laporan Konsolidasi Sangat Penting bagi Perusahaan  Sangat penting bagi perusahaan untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. Sebab, laporan ini memungkinkan perusahaan dapat memperoleh tentang informasi keuangan dari grup perusahaan secara menyeluruh. Selain itu laporan ini juga memiliki fungsi seperti: 1. Menyediakan Informasi Keuangan Secara Menyeluruh  Salah satu fungsi utama dalam dalam pembuatan laporan konsolidasi adalah memberikan pandangan menyeluruh bagi kinerja keuangan dari perusahaan multi-company.  Jadi isi laporan ini nantinya akan berisikan informasi secara menyeluruh data keuangan dari anak hingga induk perusahaan.  Misal saja perusahaan yang Anda kelola sudah memiliki anak perusahaan A dan B. Agar informasi keuangan dapat memberikan gambaran financial yang lengkap, maka sangat penting membutuhkan laporan konsolidasi.  Apalagi ketika perusahaan Anda telah memiliki investor. Laporan ini juga dapat membantu investor untuk mengetahui keadaan finansial bagi perusahaan induk.  2. Menjadi Standar dalam Akuntansi  Dalam mendukung konsistensi dan akurasi laporan keuangan, konsolidasi dapat menjadi standar dalam pelaporan akuntansi pada perusahaan multi-company. Sebab, laporan ini akan menggabungkan informasi keuangan bagi perusahaan yang bergabung pada jaringan perusahaan tersebut.  3. Memudahkan Penghapusan Transaksi Antar Perusahaan  Dalam mencegah duplikasi pencatatan transaksi yang sama pada jaringan grup perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi ini sangat dibutuhkan. Karena dapat membantu dalam mengeliminasi transaksi internal yang terjadi pada jaringan grup tersebut.  Misal saja seperti penjualan atau pinjaman yang terjadi pada PT Induk ke PT anak, hal ini harus dieliminasi agar tidak ada pengakuan pendapatan berlebih maupun pengadaan kewajiban. 4. Mengurangi Beban Pelaporan  Dengan adanya laporan keuangan konsolidasi, maka memungkinkan informasi keuangan digabungkan menjadi 1 laporan saja. Sehingga dapat mengurangi beban pelaporan dan mempermudah dalam pemantauan kinerja finansial dalam sebuah grup. Dalam proses penyederhanaan laporan, Anda dapat dengan mudah untuk menggunakan Excel, maupun spreadsheet. Namun jika Anda, kesulitan dalam memahami penulisan rumus. Maka sangat disarankan untuk menggunakan Software Pelaporan Konsolidasi seperti Bambootree yang akan membuat laporan menjadi mudah. 5. Membantu dalam Pengambilan Keputusan  Laporan Konsolidasi juga dapat berfungsi dalam memberikan data keuangan terpadu. Sehingga nantinya pemangku kepentingan dapat membuat keputusan yang strategis berdasarkan data yang diperoleh bukan asumsi saja.  Misal saja saat membuat laporan konsolidasi ditemukan resiko keuangan yang timbul dari PT Anak dan berakibat pada PT Induk. Memungkinkan manajemen maupun pemangku pementingan dapat mengambil langkah untuk dapat melakukan pencegahan yang tepat. Sehingga resiko tersebut dapat  dengan mudah untuk ditangani. 6. Membuat Lebih Transparan  Laporan konsolidasi juga dapat membuat laporan menjadi lebih transparan. Sebab laporan ini akan menjadikan informasi dari induk hingga anak perusahaan menjadi satu laporan yang jelas dan akurat.  Sehingga nantinya pemangku kepentingan maupun investor dapat memahami lebih baik dari kondisi finansial perusahaan multi-company tersebut tanpa harus menganalisis laporan yang dihasilkan tiap perusahaan pada jaringan perusahaan tersebut. Baca Juga: UU PPH Ortax: Pajak Penghasilan Konsolidasi Kesimpulan Laporan Konsolidasi bukan hanya memberikan gambaran terhadap informasi keuangan menyeluruh antara PT Induk dengan PT Anak yang tergabung. Melainkan dapat membuat laporan lebih transparan, mengurangi duplikasi pelaporan maupun memudahkan dalam pembuatan laporan. Dengan demikian laporan konsolidasi ini juga akan membantu dalam pengambilan keputusan berdasarkan data yang telah disediakannya.     

Mengapa Membuat Laporan Keuangan Sistem Konsolidasi Penting? Read More »

Kekurangan dan Kelebihan Pada Metode Imprest Pada Kas Kecil

Kekurangan dan Kelebihan Pada Metode Imprest Pada Kas Kecil

Jika Anda sedang mencari untuk mengelola kas kecil pada perusahaan. Menggunakan sistem imprest dapat menjadi pilihannya. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dalam pengelolaan saldo kas kecil dengan metode imprest.  Kelebihan Pengelolaan Saldo Kas Kecil dengan Sistem Imprest Pengelolaan saldo kas kecil dengan sistem Imprest memiliki keunggulan diantaranya:  1. Mengefisiensi dalam Pelaporan Keuangan  Dibandingkan dengan metode lainnya, sistem imprest memiliki kelebihan yaitu dapat mengefisiensikan pelaporan keuangan. Sebab, pelaporan keuangan biasanya dilakukan secara periodik bukan berdasarkan setiap adanya transaksi. Sehingga, metode imprest ini dapat mengurangi beban administrasi dan membuat mudah dalam proses akuntansi. Namun, penting diingat walaupun tidak dibuat laporan setiap adanya transaksi. Buka berarti setiap transaksi yang terjadi tidak didokumentasikan. 2. Memiliki sifat yang Transparan  Selanjutnya, sistem imprest dipilih karena memiliki sifat yang transparan. hal tersebut terjadi karena setiap transaksi keuangan yang terjadi akan dicatat secara lebih rinci. Tak hanya pencatatan saja, melainkan pada metode imprest ini biasanya juga dilampirkan berapa bukti seperti nota dan kwitansi. Sehingga, nantinya memudahkan untuk pelaporan maupun proses audit. 3. Memudahkan Pengawasan  Seperti yang sudah diketahui, kas kecil dengan metode imprest adalah sistem pengelolaan dana yang menetapkan jumlah kas kecil dengan nominal yang tetap. Itu berarti perusahaan dapat melakukan pengawasan dengan mudah. Dengan demikian, perusahaan akan dengan mudah untuk memantau pengeluaran yang terjadi setiap kegiatan operasional. 4. Mendeteksi Penipuan dengan Mudah  Karena setiap pengeluaran yang terjadi harus disertai dengan bukti-bukti, maka segala ketidak sesuaian akan dengan mudah untuk dilakukan pendeteksian. Sehingga, jika nantinya ada kecurangan atau penyimpangan terkait penggunaan saldo kas kecil akan dengan mudah untuk di deteksi. 5. Membantu dalam Mengendalikan Keuangan  Sistem imprest yang ada dalam pengelolaan kas kecil mendorong disiplin dalam penggunaan keuangan. Sebab, nantinya proses pengisian kembali akan dilakukan dengan jumlah yang telah digunakan dengan adanya bukti-bukti dokumentasi. 6. Mempermudah Perencanaan Keuangan Perusahaan  Karena saldo kas kecil pada metode imprest akan diisi sesuai dengan kesepakatan di awal. Maka perusahaan dengan mudah untuk memperkirakan dana yang dibutuhkan pada kas kecil. Itu, berarti akan membantu dalam perencanaan anggaran. Baca Juga: Karakteristik Kas Kecil Pada Perusahaan Kekurangan Pengelolaan Saldo Kas Kecil dengan Sistem Imprest Walaupun dengan pengelolaan kas kecil menggunakan sistem imprest memiliki berbagai kelebihan. Namun pengelolaan pada sistem ini masih memiliki kekurangan diantaranya:  1. Saldo Kas Tidak Real Time Pada sistem imprest, saldo kas kecil hanya akan diperbarui saat pengisian kembali pada awal periode. Sehingga, perusahaan akan sulit untuk mengetahui jumlah saldo kas kecil secara real-time. 2. Tidak Cocok Untuk Pengeluaran Bernilai Besar Kekurangan selanjutnya pada metode imprest adalah tidak cocok untuk pengeluaran dengan nominal yang cukup besar. Hal ini, karena saldo kas akan di isi ulang pada awal periode berikutnya dengan melihat bukti dokumentasi seperti nota maupun kwitansi pembelian.  Sehingga, sistem ini akan menyulitkan ketika harus menggunakan uang yang ada pada kas kecil untuk pembayaran yang besar.  3. Resiko Pencatatan Yang Salah Karena pencatatan pengeluaran pada sistem imprest ini akan dilakukan secara berkala bukan saat transaksi terjadi. Biasa saja, menimbulkan kesalahan dan kelalain dalam pencatatan. Sehingga, sangat penting bagi penggelolaan bukti transaksi dengan baik. 4. Tidak Fleksible Sistem kas kecil dengan metode imprest itu berarti penambahan saldo kas akan dilakukan pada awal periode. Sehingga, ini akan menyulitkan jika ada pengeluaran yang tak terduga pada periode tersebut. 5. Sistem Ketinggalan Jaman  Diera digital sekarang ini, penggunaan sistem imprest pada pengelolaan kas kecil sering dianggap kurang efisien. Terlebih, dengan banyaknya sistem pembayaran elektronik yang ada.  Terdapat juga, perusahaan yang menggunakan software akuntansi seperti Bambootree. Yang dirancang untuk membantu dalam pengelolaan keuangan perusahaan mulai dari penjualan, pembelian maupun pelaporan dalam bentuk jurnal.  Baca Juga: Jurnal Pembelian: Pengertian, Fungsi dan Jenisnya  Kesimpulan Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan sistem imprest dalam pengelolaan kas kecil dapat memberikan berbagai manfaat, namun juga memiliki beberapa kekurangan yang dapat menjadi pertimbangan.

Kekurangan dan Kelebihan Pada Metode Imprest Pada Kas Kecil Read More »

Karakteristik Kas Kecil Pada Perusahaan

Karakteristik Kas Kecil Pada Perusahaan

Kas kecil atau petty cash pada tiap bisnis dapat membantu dalam pembiayaan pengeluaran operasional yang bersifat rutin dan nominal yang sangat kecil. Tidak hanya itu, kas kecil juga biasanya digunakan untuk membayarkan kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat dibayar melalui cek maupun transfer bank. Berikut adalah penjelasan mengenai  karakteristik kas kecil: Karakteristik Kas Kecil  Dalam membiayai pengeluaran yang bersifat rutin, biasanya bisnis akan mengambil keuangan tersebut melalui kas kecil. Berikut adalah karakteristik kas kecil:  1. Memiliki Jumlah Dana Terbatas Salah satu karakteristik yang ada dalam kas kecil yaitu tidak memiliki dana yang cukup banyak. Itu berarti kas kecil (petty cash) hanya memiliki jumlah yang terbatas. Hal itu karena, kas kecil biasanya telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan operasional harian oleh manajemen perusahaan.  Sehingga, dengan adanya penetapan nominal yang ada akan membantu perusahaan untuk mengontrol dan mencegah penyalahgunaan dana yang telah dikeluarkan.  2. Memiliki Kegunaan untuk Pengeluaran Rutin dan Kecil  Karakteristik selanjutnya yang ada pada kas kecil yaitu memiliki kegunaan untuk pengeluaran yang rutin. Namun, perlu diingat transaksi rutin yang dapat dibayar dengan menggunakan uang yang berasal pada Petty cash adalah yang memiliki nominal kecil dan bersifat rutin.  Biasanya, transaksi yang dibayarkan dengan kas kecil meliputi pembelian ATK (Alat Tulis Kantor) maupun konsumsi rapat.  3. Memiliki Tempat Khusus Untuk Menyimpan  Kas kecil yang ada pada perusahaan biasanya akan ditempatkan pada tempat khusus seperti petty cash box atau kotak kas kecil. Dengan demikian nantinya akan membantu dalam melakukan pengawasan oleh manajemen perusahaan maupun mengakses keuangan dengan mudah.  4. Memiliki Staf Pengelolaan  Selanjutnya, petty cash biasanya akan dikelola oleh seorang staff yang telah ditunjuk oleh manajemen perusahaan. Biasanya staf pengelola kas kecil akan disebut dengan kasir kas kecil.  Tidak hanya mengeluarkan keuangan saja, namun kasir kas kecil juga ditugaskan untuk mencatat setiap transaksi yang ada dan memastikan saldo tetap sesuai dengan kesepakatan. 5. Memiliki Sistem Pencatatan  Kas kecil atau petty cash yang ada dalam perusahaan juga memiliki pencatatan  yang detail. Biasanya staf yang ditunjuk oleh perusahaan akan selalu mendokumentasikan setiap pengeluaran yang ada. Pencatatan pada kas kecil ini akan  dilakukan pada jurnal kas kecil yang berisikan tabel seperti tanggal transaksi, jumlah uang yang dikeluarkan, dan tujuan penggunaan uang. Selain itu, pada jurnal kas kecil juga biasanya akan dilampirkan dokumentasi keuangan seperti nota maupun kwitansi pembelian. 6. Memiliki Sistem Pengisian Kembali  Yang menarik, kas kecil ini memiliki sistem pengisian kembali. Hal ini terjadi, agar dana yang ada pada kas kecil tetap memiliki dana sesuai dengan ketentuan yang ada.   Jadi setiap dana yang ada pada kas kecil digunakan dan memiliki jumlah uang yang menipis. Maka staf yang ditugaskan untuk mengelola kas kecil akan melakukan permintaan kepada bagian finance perusahaan untuk pengisian saldo kas kecil kembali seperti semua.  Dengan demikian, seluruh kegiatan operasional rutin dapat terpenuhi tanpa mengganggu arus kas utamanya.  Baca Juga: Strategi Cara Mengelola Kas Kecil Pada Perusahaan Kesimpulan Adanya kas kecil dapat membantu perusahaan dalam mengelola keuangan tanpa mempengaruhi kas utama. Sehingga sangat penting untuk memahami karakteristik kas kecil agar semua pengeluaran dengan nominal kecil dan rutin dapat terdokumentasikan dengan baik. 

Karakteristik Kas Kecil Pada Perusahaan Read More »

Mengenal Sistem Imprest pada Kas Kecil dalam Perusahaan

Mengenal Sistem Imprest pada Kas Kecil dalam Perusahaan

Dalam mengelola keuangan perusahaan yang lebih baik, tentunya sering ditemukan adanya berbagai macam jurnal. Salah satu, jurnal yang digunakan adalah kas kecil yang berfungsi untuk melakukan pembayaran secara rutin.  Namun tahukan Anda dalam mengelola kas kecil terdapat metode yang sering digunakan yaitu sistem Imprest. Artikel ini bertujuan untuk membantu Anda dalam memberikan pemahaman mendalam tentang metode ini, serta menjelaskan bagaimana tahapan pengelolaannya.  Apa itu Sistem Imprest pada Kas Kecil? Sistem Imprest adalah salah satu cara yang digunakan untuk pengelolaan kas kecil. Pada metode ini kas kecil, biasanya saldo  yang ada telah tentukan oleh manajemen perusahaan jadinya bersifat tetap.  Karena sifat yang tetap ini, setiap periode akan diisi kembali saldo tersebut sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.  Namun, perlu diketahui pada sistem imprest, perusahaan akan menunjuk seseorang yang bertugas untuk mengelola keuangan. Tak hanya pengelolaan saja, tetapi mereka yang ditunjuk nantinya wajib untuk mendokumentasikan bukti pengeluaran yang diambil dari kas kecil tersebut.   Sehingga, nantinya setiap pengeluaran yang diambil dari kas kecil dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, pengelola juga akan dimudahkan untuk  minta ke manajemen untuk melakukan pengisian kembali.  Baca Juga: Jurnal Kas Kecil:Pengertian dan Fungsinya Bagaimana Tahapan Pengelolaan Pada Kas Kecil?  Pada pengelolaan kas kecil dengan sistem imprest akan melibatkan beberapa tahapan yang akan dilalui. Berikut adalah tahapan pada metode imprest: 1. Penetapan Dana Pada metode imprest ini, biasanya akan diawali dengan penetapan jumlah saldo keuangan pada tiap periode. Jumlah saldo yang dikeluarkan pada kas kecil biasanya akan disesuaikan dengan kebutuhan harian maupun bulan dari perusahaan. 2. Penunjukan Penanggung Jawab Setelah ditentukan, nantinya perusahaan akan menunjuk seseorang yang bertanggung jawab untuk mengelola kas kecil. Selain, mengelola orang tersebut juga harus mendokumentasikan untuk penggunaan uang yang berasal dari kas kecil. 3. Penggunaan Dana Kas Kecil Seperti yang sudah Anda ketahui, bahwa penggunaan kas hanya dapat digunakan membayar biaya operasional rutin dari perusahaan dengan nominal yang kecil. Sehingga, kas kecil hanya dapat digunakan untuk membayarkan seperti pembelian atk maupun konsumsi rapat perusahaan. 4. Pencatatan dan Pelaporan Pada tahapan selanjutnya, seorang yang sudah diberikan tanggung jawab nantinya melakukan pencatatan setiap ada transaksi yang ada. Selain itu, dalam memudahkan untuk pendokumentasian, biasanya dalam lampirannya juga terdapat nota maupun kwitansi. Dengan adanya dokumentasi tersebut, maka dapat memudahkan untuk mengaudit keuangan. 5. Pengisian Kembali Perlu diketahui bahwa metode imprest ini memiliki nominal saldo yang tetap, maka diakhir periode biasanya seorang yang diberikan tanggung jawab akan meminta agar saldo kas kecil diisi kembali sesuai dengan ketentuan manajemen. Bagaimana Cara Implementasi Sistem Imprest pada Kas Kecil    Dalam membantu Anda untuk lebih mudah dalam memahami sistem imprest pada kas kecil yang ada pada perusahaan. Berikut adalah contohnya: PT Cinta Sejati adalah salah satu perusahan yang menggunakan metode imprest pada kas kecil. Pada awal periode yang dimulai tanggal 1 Januari, perusahaan tersebut menetapkan jumlah kas kecil memiliki saldo Rp3000.000,- Dalam mendukung kebutuhan perusahaan, seorang yang telah ditunjuk untuk mengelola dana kas kecil telah mencatat pengeluaran hingga tanggal 12 Januari sebesar Rp2.000.000,- dengan rincian sebagai berikut: Biaya Konsumsi Meeting Rp1.000.000,- Biaya Transportasi Rp500.000,- Biaya Pembelian Alat Tulis Rp500.000,-  Lalu, karena saldo kas kecil telah berkurang, maka pengelola kas kecil memintanya agar saldo kas kecil tersebut diisi kembali sebanyak Rp 2000.000,- untuk mengganti dana yang telah dikeluarkan pada tanggal 14  Januari. Selama periode berjalan hingga 31 Januari, saldo kas kecil tersebut digunakan kembali untuk beberapa keperluan sebanyak Rp2000.000,-  dengan rincian sebagai berikut:  Biaya Iklan Rp500.000,- Biaya Konsumsi Rapat Rp 1000.0000  Lalu, Pencatatan Pada kas kecil dengan metode Imprest bagaimana?  Berikut ini adalah cara yang digunakan untuk mencatat kas kecil pada jurnal dengan metode imprest:  a.Jurnal pada Tanggal 1 Januari  (D) Kas Kecil Rp3.000.000 (K) Kas Rp3.000.000 b.Jurnal pada Tanggal 12 Januari  (D) Biaya Konsumsi Meeting Rp1.000.000,- (D) Biaya Transportasi Rp500.000,- (D) Biaya Pembelian Alat Tulis Rp500.000,- (K) KAS Rp2.000.000,- c. Jurnal pada Tanggal 31 Januari  (D) Biaya Iklan Rp500.000,- (D) Biaya Konsumsi Rapat Rp 1000.0000  (K) Kas Rp500.000,-    Baca Juga: Strategi Mengelola Kas Kecil Pada Perusahaan   Perlu diketahui, jurnal kas kecil diatas digunakan untuk mendokumentasikan setiap transaksi yang terjadi.  Seperti pada jurnal diatas yang menjelaskan bahwa hingga 12 Januari terdapat penggunaan saldo dari kas kecil sebanyak Rp2000.000,-. Karena saldo kas kecil telah menipis, maka seorang yang ditugaskan untuk mengelola meminta agar saldo kas kecil disesuaikan dengan saldo yang telah ditetapkan, maka bagian keuangan akan mengisi kembali sebesar Rp.2000.000,- agar saldo kas kecil terisi sesuai dengan perjanjian.  Sehingga, di akhir bulan saldo akan dibuatkan jurnal penyesuaian agar saldo kas kecil sesuai dengan kesepakatan.  Jadi, karena pada periode ini saldo kas telah di isi kembali, maka perlu dicatat agar saldo kas memiliki jumlah saldo yang sama. Berikut adalah cara penulisannya agar dapat diakui: (D) Kas Rp500.000,-  (D) Biaya Iklan Rp500.000,- (D) Biaya Konsumsi Rapat Rp1000.000,-    Kesimpulan Sistem Imprest adalah metode yang digunakan untuk pengelolaan kas kecil dengan saldo yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga, dengan memahami konsep dan tahapan yang ada, Perusahaan akan dengan mudah untuk pengelolaan arus keuangan dengan lebih baik.

Mengenal Sistem Imprest pada Kas Kecil dalam Perusahaan Read More »

Serba-Serbi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dalam Bisnis

Serba-Serbi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dalam Bisnis

Pajak penghasilan tentunya terdapat beraneka ragam jenisnya, hal itu karena berdasarkan objek dan subjeknya. Dalam dunia bisnis, perdagangan internasional, tentunya tidak asing lagi dengan PPh 25. PPh ini dapat membantu untuk meringankan beban pembayaran sekaligus yang dapat menjaga kelancaran arus kas bisnis. Apa itu PPh 25?    PPH 25 atau Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah salah satu jenis pajak yang dibayarkan dengan cara angsuran bulanan. Biasanya Pajak ini kenakan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha yang memiliki kewajiban membayar pajak yang diperoleh selama 1 tahun. Sehingga, dengan adanya pembayaran Pph 25 ini maka wajib pajak tidak akan memiliki beban hutang pajak yang besar. Hal itu, karena pajak telah dibayarkan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan pajak penghasilan.  Namun, perlu diketahui Pajak Penghasilan Pasal 25 ini akan muncul ketika Wajib Pajak memiliki tanggungan berupa pembayaran yang kurang dari jumlah PPh yang terlah dibayarkan pada SPT Tahunan pajak Penghasilan. Dengan kata lain, jika dalam laporan SPT Tahunan ditemukan bahwa jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan lebih besar, maka selisih dari jumlah pajak tersebut akan dijadikan dasar perhitungan angsuran PPh 25 pada tahun pajak berikutnya. Baca Juga: Apa Itu Kredit Pajak? Pengertian dan Penjelasan Siapa yang Wajib Membayar PPh 25?    PPh 25 akan dikenakan kepada wajib pajak, baik itu orang pribadi maupun badan usaha. Berikut adalah kategori Wajib Pajak yang diwajibkan membayar PPh 25: 1. Wajib Pajak Orang Pribadi Salah satu kategori yang wajib untuk membayarkan PPh 25 ini adalah Individu (Wajib Pajak Orang Pribadi). Biasanya individu tersebut menjalankan usaha dengan cara grosir maupu eceran pada lebih dari satu tempat usaha. Dengan demikian, adanya Pph 25 ini dapat membantu individu yang menjalankan usaha untuk dapat membayarkan kewajib pajak dan terhindar dari beban pajak yang besar. 2. Wajib Pajak Badan Usaha 2. Wajib Pajak Badan Usaha Tak hanya individu saja, Pph 25 juga dapat dikenakan oleh perusahaan atau badan usaha yang memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha yang dijelankan. Biasanya, Pph 25 ini akan dihitung dengan tarif progresif sesuai dengan undang-undangan perpajakan di Indonesia. Baca Juga: Kenali Perbedaan PKP dan Non PKP? Berikut Penjelasannya Kapan Pph 25 di Bayarkan?  Pph 25 atau pajak penghasilan 25 akan dibayarkan pada setiap bulannya, dan paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Misal saja, Anda memiliki angsuran pajak pada bulan januari, maka nantinya Anda diwajibkan untuk melakukan pembayaran paling lambat ditanggal 15 Febuari. Namun, perlu Anda ketahui jika jatuh tempo pembayaran saat hari libur (termasuk sabtu, minggu, hari libur nasional, dan pemilihan umum), maka pembayaran dapat dilakukan pada hari berikutnya. Hal ini karena terlah diatur pada PMK (Peraturan Menteri Keuangan) No.  184/PMK.03/2007 pasar 3, yang kemudian diperbarui pada PMK No. 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan penyetoran pajak.  Jadi PPh 25 adalah sebuah pajak yang dibayarkan dengan sistem Angsuran. Biasanya pajak pengahasilan pasal 25 ini akan diwajibkan bagi individu maupun badan usaha tertentu. Semoga artikel ini dapat membantu Anda dalam memahami tentang PPh 25. 

Serba-Serbi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dalam Bisnis Read More »

Cara Menghitung PPh 22 pada Bidang Expor dan Impor

Cara Menghitung PPh 22 pada Bidang Expor dan Impor

Saat melakukan perdagangan ekspor dan impor, umumnya akan dikenakan pajak penghasilan pasal 22. Hal ini telah diatur dalam undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 yang menjelaskan tentang Pajak Penghasilan. Hal ini, juga sebagai dasar hukum atas PPh 22.   Ketentuan PPh 22 dalam bidang usaha expor dan impor    PPh 22 adalah pajak yang dipungut ketika terdapat transaksi perdagangan barang atau kegiatan impor dan impor. Dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBS) atau bank devisa, barang impor yang masuk ke wilayah indonesia akan mendapatkan pungutan bervariasi tergantung dari barang apa yang ada.  Berbeda dalam kegiatan ekspor pada komoditas tertentu seperti batu bara, mineral, atau bahkan logam. Nantinya pemungutan akan dikenakan sebesar pada 1,5% dari nilai ekspor.  Baca Juga: Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan Cara Menghitung Pajak PPh 22  Agar membantu Anda dalam memahami penghitungan PPh 22 dalam ekspor dan impor berikut adalah cara penghitungan PPh 22:     1. Pajak PPh 22 Impor Dalam kegiatan impor barang, memang akan dikenakan PPh 22. Hal ini karena adanya regulasi pemungutan pajak atas transaksi yang terjadi saat barang masuk ke wilayah indonesia. Perhitungan tarif PPh 22 impor biasanya memiliki variasi. Sebab nantinya akan dihitung berdasarkan penjumlahan nilai pabean (Cost,Insurance, freight(CIF)) dan bea masuk.    Berikut adalah Cara menghitung PPH 22 Impor: PPh 22 Impor=Tarif×(Nilai Pabean+Bea Masuk).    Berikut adalah tarif PPh 22 yang berlaku untuk impor: 10% dari nilai impor untuk barang tertentu yang tercantum dalam Lampiran I PMK No. 34/PMK.010/2017. 7,5% dari nilai impor untuk barang tertentu lainnya yang tercantum dalam Lampiran II PMK No. 34/PMK.010/2017. 2,5% dari nilai impor bagi importir yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) untuk barang selain yang disebutkan di atas. 0,5% dari nilai impor untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API. 7,5% dari nilai impor bagi importir yang tidak memiliki API atau barang yang tidak dikuasai. Baca Juga: Panduan PPh 22 dalam Bisnis Perdagangan Contoh Perhitungan: Misal saja PT Cinta Sejati mengimpor barang dari negara lain dengan rincian sebagai berikut:  Nilai pabean: Rp100.000.000 Bea Masuk: Rp5.000.000 Termasuk dalam kategori API biasa → tarif 2,5% Maka cara menghitungnya adalah:  PPh 22 Impor=2,5%×(100.000.000+5.000.000)=Rp2.625.000  Pajak PPh 22 Ekspor  Selain itu, kegiatan ekspor barang ke negara lain juga akan mendapatkan pungutan pph 22. Terutama pada bidang usaha pertambangan maupun mineral. Berbeda dengan perhitungan yang dilakukan saat impor.  PPh 22 ini biasanya akan dihitung berdasarkan nilai dari Free On board (FOB) yaitu 1,5% pada nilai ekspor komoditas tambang seperti batu bara, mineral logam, dan mineral bukan logam. Berikut adalah cara untuk menghitungnya: PPh 22 Ekspor=Tarif×Nilai Ekspor (FOB)  Contoh perhitungan:  Misalkan PT Cinta Sejati mengekspor batu bara dengan nilai FOB sebesar Rp1.000.000.000. Lalu Cara Perhitungan PPh 22 Ekspor sebagai berikut:  PPh 22 Ekspor = 1,5% × Rp1.000.000.000 = Rp15.000.000 Semoga penjelasan singkat ini tentang PPh 22 ini dapat membantu Anda dalam penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 22.  Jika ingin mendapatkan kemudahan dalam mengatur pajak dalam perdagangan, maka Anda dapat menggunakan aplikasi bambootree yang dapat membantu Anda dalam pencatatan keuangan dan pajak.

Cara Menghitung PPh 22 pada Bidang Expor dan Impor Read More »

Scroll to Top