Informasi

Metode Pencatatan Piutang Dagang Pada Bisnis

Metode Pencatatan Piutang Dagang Pada Bisnis

Jika Anda belum memahami metode pencatatan piutang? Sangat penting bagi Anda untuk memahami apa itu piutang. Piutang adalah tindakan wajib yang dilakukan oleh pelanggan untuk membayar transaksi yang pernah dilakukan namun belum dibayarkan.   Beriktu adalah penjelasan lebih rinci mengenai metode yang digunakan dalam pencatatan piutang.  Metode Pencatatan Piutang Pada pencatatan piutang dagang, umumnya akan menggunakan dua metode yaitu metode pencatatan piutang bersih dan metode pencatatan piutang dagang. Berikut adalah penjelasan selengkapnya: 1. Metode Pencatatan Piutang Kotor  Metode pencatatan piutang kotor atau yang disebut sebagai gross method adalah   pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan tanpa mempertimbangkan diskon yang diberikan. Itu berarti nantinya, perusahaan akan mencatat secara keseluruhan faktur penjualan yang bersifat piutang tanpa adanya potongan promo tertentu. 2. Metode Pencatatan Piutang Bersih  Selanjutnya terdapat metode pencatatan piutang bersih atau yang lebih dikenal sebagai nett method. Berbeda dengan gross method, pada metode ini pencatatan piutang dagang akan catatan dengan nominal yang telah dikurang dengan potongan yang telah diberikan.  Namun, metode ini memiliki durasi tertentu, sehingga ketika pelangga telah diberikan potongan dan tidak dibayarkan tepat waktu. Maka perusahaan harus membuat penyesuaian catatan dan kelebihan dari pembayaran tersebut akan dijadikan sebagai keuntungan diluar operasi tertentu atau hasil lainnya. Baca Juga: Pahami Komponen Dalam Jurnal Pelunasan Piutang Metode Pencatatan Piutang Lainnya Selain metode pencatatan piutang dagang diatas, dalam mempermudah akutansi dalam mencatatnya maka ada beberapa metode lagi yang dapat digunakan seperti: 1. Metode Konvensional  Pada metode konvensional ini, biasanya pencatatan piutang dagang akan dilakukan melalui pendekatan tradisional yang manual. Sehingga, dapat diartikan bahwa  saat pencatatan piutang akan dilakukan pada kartu piutang yang berasal dari berbagai sumber seperti:  Faktur penjualan – jurnal penjualan – kartu piutang Bukti kas masuk – jurnal penerimaan kas – kartu piutana Memo kredit – jurnal retur penjualan – kartu piutang Bukti memorial – jurnal umum – kartu piutang Metode Posting Langsung  Selanjutnya terdapat metode posting langsung, pada metode ini akan mencatat piutang yang dilakukan tanpa melalui perantara suatu akun akutansi maupun jurnal pembantu. Itu artinya setiap pencatatan akan dilakukan secara langsung pada kartu piutang.  Namun perlu diketahui, bahwa dalam metode ini cara yang digunakan unuk melakukan pencatan yaitu harian maupun berdasarkan periode tertentu. 2. Metode Ledgerless Bookkeeping  Berbeda dengan metode lainnya, metode ledgerless bookkeeping tidak meggunakan kartu piutang sabagai salah satu pembantu untuk mempermudah proses pencatatan. Namun, sebagai gantinya pencatatan piutang akan dilakukan dengan dokumen pendukung seperti invoice maupun faktur. Sehingga, ketika  pembayaran piutang dagang telah diterima oleh perusahaan, maka nantinya pada dokumen tersebut akan ada cap “Lunas” atau langsung dipindah ke arsip pelunasan. 3. Metode Pencatatan dengan Komputer Dalam perkembangan era digital ini, Anda dapat melakukan pencatatan piutang dagang dengan metode pencatatan dengan komputer. Dalam metode ini, biasanya perusahaan akan mengunakan sebuah software akutansi yang dapat mencatat seluruh piutang dagang.  Salah satu rekomendasi software tersebut adalah bambootree. Sebab, software ini merupakan software konsolidasi dan backdate yang dapat tersinkronkan dengan software accuate online. Baca Juga: Ketahui Ini Untuk Menghitung Piutang Dagang Kesimpulan Metode pencatatan piutang sangatlah beragam, sehingga Anda harus memastikan mana yang cocok untuk pencatatan piutang dagang. Pastikan, bahwa metode yang Anda pilih benar-benar dapat membantu Anda dalam mencatat seluruh piutang yang dilakukan.  

Metode Pencatatan Piutang Dagang Pada Bisnis Read More »

Ketahui Ini Untuk Menghitung Piutang Dagang

Ketahui Ini Untuk Menghitung Piutang Dagang

Dalam keberlangsungan bisnis, tentunya sudah tidak saing dengan melakukan piutang dagang. Dengan adanya piutang dagang, perusahaan dapat memperluas kemampuan untuk melakukan pembelian barang maupun jasa kepada pemasok tanpa harus membayar secara langsung.  Cara Menghitung Piutang Dagang dalam Sebuah Bisnis     Menghitung piutang dagang, seringkali menjadi tantangan bagi perusahaan. Terlebih, jika perusahaan memiliki transaksi pembelian secara kredit kepada pemasok yang berbeda.  Berikut adalah cara rumus menghitung piutang dagang:    Saldo Piutang Akhir = Total Piutang Awal + Penjualan Baru – Pembayaran Diterima Rumus diatas, dapat digunakan dalam menghitung piutang dagang secara keseluruhan. Namun, penting diketahui dalam menghitung saldo piutang pada akhir periode maka dapat mempertimbangkan seperti: 1. Total piutang awal Total piutang awal biasanya ada karena terdapat hutang yang belum dibayar pada awal periode. Sehingga, sangat penting untuk mengetahui apakah terdapat jumlah hutang pada awal periode. 2. Penjualan baru  Jika pada periode baru ini, Anda telah menghasilkan penjualan baru yang dilakukan, itu artinya perusahaan akan melakukan penjualan secara kredit. Sehinngga sangat perlu untuk dicatat agar dapat dibayar pada periode berikutnya. 3. Pembayaran yang diterima Pembayaran yang diterima bisa menjadi pengurang saldo piutang pada peride ini. Hal ini karena jumlah pembayaran yang diterima bisa jadi digunak sebagai langkah perusahaan untuk membayar hutang kepada supplier pada periode tersebut. Selain hal tersebut, sangat penting bagi perusahaan untuk membuar sebuah estimas piutang yang tidak tertagih tanpa mengurangi piutang. Hal ini dapat membantu mengantisipasi adanya piutang yang bisa saja tidak akan dibayar pada masa depan. Tetapi tanpa langsung mengurangi saldo piutang yang tercatat pada laporan. Misal saja,  ketika perusahaan untuk melakukan audit terhadap laporan piutang tak tertagih diperiode sebelumnya dan memutuskan untuk adanya pembayaran 10% dari nilai piutang.  Jadi, jika terdapat piutang sebesar Rp. 100 Juta, maka  perusahaan dapat melakukan estimasi pelunasan hutan sebesar Rp. 90 Juta.   Studi Kasus Menghitung Saldo Piutang Dagang   Dalam mempermudah Anda memahami menghitung saldo piutang, pada artikel ini akan disediakan studi kasus untuk mempermudah pemahaman dalam menghitung saldo piutang. Diketahui Perusahaan PT. Cinta Sejati adalah sebuah perusahaan yang bergerak bidang exporting yang melakukan transaksi dengan transaksi dengan sebagian besar secara kredit dan piutang. Pada awal periode perusahaan tersebut ingin menghitung piutang dengan data sebagai berikut:  Pada tanggal 1 Januari memiliki saldo awal piutang sebesar Rp 60.000.000  Perusahaan pada tanggal 12 Januari menerima pembayaran sebesar Rp 30.000.000  dari seorang pelanggan  Lalu diakhir periode tepatnya tanggal 25 Januari, perusahaan memberikan diskon sebesar 10% dari hutang yang belum dibayarkan yaitu sebesar Rp 10.000.000,-  Dengan data tersebut, yang menjadi pertanyaan berapa saldo piutang pada tanggal 25 Januari?  Untuk menghitung saldo piutang kas, maka Anda dapat menghitung saldo piutang kas dengan mengurangi pembayaran diterima.   Berikut adalah simulasi perhitungannya  Saldo piutang = Saldo Piutang Awal – Penerimaan Pembayaran  = Rp 60.000.000 – Rp. 20.000.000,-  = Rp. 40.000.000 Namun pada akhir periode perusahaan memberikan diskon sebesar 10% dari Rp 10.000.000,-. Sehingga untuk mengitungnya perlu adanya saldo kas hutang yang dikurang dengan diskon. Berikut adalah simulasi perhitungannya:  Saldo piutang setelah diskon = Saldo piutang – diskon = Rp. 40.000.000 – (Rp. 10.000.000*10%) = Rp. 39.000.000   Jadi pada tanggal 25 Januari, saldo piutang dagang yang diterima oleh PT. Cinta Sejati Rp. 39.000.000,- . Hal ini telah dihitung dengan adanya penerimaan pembayaran dengan adanya diskon.  Baca Juga: Mengapa Bukti Kas Keluar Dibutuhkan Pada Bisnis? Kesimpulan Dengan memahami cara menghitung saldo piutang, maka perusahaan akan dengan mudah untuk pengelolaan arus kas yang lebih sistematis dan efisien. Pastikan sebelum Anda menghitung saldo piutang sangat penting untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti total piutang, diskon, maupun penerimaan pembayaran.  

Ketahui Ini Untuk Menghitung Piutang Dagang Read More »

Mengenal Jurnal Pembayaran Gaji Pada Laporan Keuangan

Mengenal Jurnal Pembayaran Gaji Pada Laporan Keuangan

Pengelolaan keuangan perusahaan sangatlah penting, sebab dapat membantu dalam kelancaran operasional suatu bisnis. Salah satu aspek dalam pengelolaan keuangan adalah gaji karyawan. Gaji karyawan merupakan cashflow yang harus dikelola dengan baik.  Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki sistem pencatatan seperti penggunaaan jurnal pembayaran gaji, Sehingga nantinya, laporan keuangan akan menjadi lebih sistematis,  rapi dan transparan.  Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai pengertian, fungsi dan komponen apa saja yang harus ada:  Apa itu Jurnal Pembayaran Gaji?  Jurnal Pembayaran gaji adalah catatan yang digunakan untuk menulis secara detail tentang pembayaran gaji karyawan. Biasanya pada jurnal ini akan menerangkan keseluruhan gaji yang diberikan mulai dari gaji pokok, tunjangan, maupun potongan pajak penghasilan (pph).   Sehingga, adanya jurnal pembayaran gaji ini akan dapat memastikan bahwa seluruh aspek keuangan dikelola dengan baik. Mengapa Jurnal Pembayaran Gaji di buat?  Jurnal Pembayaran Gaji sering kali dibuat agar pencatatan laporan menjadi lebih transparan. Selain itu, jurnal ini dibuat karena memiliki fungsi seperti: 1. Pencatatan Lebih Transparan  Adanya jurnal pembayaran gaji akan memudahkan dalam pembuatan pencatatan yang lebih transparan. Sebab setiap transaksi pengeluaran untuk pembayaran gaji karyawan akan dicatat secara sistematis dan rapi. Dengan demikian, laporan keuangan akan lebih mudah dibaca oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan. 2. Manajemen Pengeluaran Yang Efektif  Karena semua pengeluaran untuk pembayaran gaji karyawan akan dicatat pada jurnal. Itu berarti perusahan dapat memanajemen pengeluaran menjadi lebih efektif.  Sehingga, nantinya dari jurnal tersebut dapat menjadi salah satu cara identifikasi pengeluaran keuangan. 3. Membantu Proses Audit  Seperti jurnal akuntansi lainnya, jurnal pembayaran gaji juga sering kali digunakan untuk membantu proses audit. Sebab, nantinya dokumen ini adalah salah satu dokumen yang diperiksa untuk dapat memverifikasi transaksi gaji yang ada. 4. Perenecanaan Anggaran  Yang menarik, jurnal pembayaran gaji juga dibuat untuk membantu perencanaan anggaran di masa depan. Apalagi dari jurnal biasanya terdapat rincian secara detail yang mungkin saja memberikan informasi terkait pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran gaji karyawan. Komponen Apa yang Wajib Ada Pada Jurnal Pembayaran Gaji?  Mencatat jurnal pembayaran gaji tentunya tidaklah mudah, agar dapat membantu dalam memahami jurnal pembayaran gaji. Berikut adalah elemen utama yang biasanya ada: Gaji kotor: Biasanya berupa total gaji yang harus dibayarkan sebelum mendapatkan potongan maupun tambahan seperti tunjangan dan PPh 21. Potongan: Pada jurnal pembayaran gaji  akan dicantumkan juga berbagai potongan dari gaji yang diterima seperti PPh 21, BPJS Ketenagakerjaan, maupun asuransi kesehatan. Kontribusi Pemberi Kerja:  Elemen selanjutnya dalam jurnal pembayaran gaji adalah kontribusi pembayaran kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mencatat kewajiban dari perusahaan terkait kas keluar untuk gaji. Gaji Bersih: Pada jurnal ini juga terdapat elemen yang menjelaskan tentang gaji bersih atau gaji yang diberikan kepada karyawan setelah dikurangi dengan gaji yang dibayarkan. Kas/Bank: Elemen ini dapat didefinisikan sebagai aliran dana yang digunakan untuk melakukan pembayaran gaji karyawan. Baca Juga: Mengapa Bukti Kas Keluar Dibutuhkan Pada Bisnis? Contoh Menulis Jurnal Pembayaran Gaji  Dalam menulis jurnal pembayaran gaji karyawan sangatlah dibutuhkan ketelitian. Berikut adalah contoh dalam penulisan jurnal:  Diketahui PT. Cinta Abadi telah memproses penggajian karyawan pada bulan ini. Dengan gaji tiap karyawan sebesar Rp 6.000.000,- Gaji tersebut merupakan gaji kotor yang diterima sebelum dipotong oleh PPh 21 sebesar Rp 50.000,- BPJS Ketenagakerjaan Rp 75.000 dan Asuransi kesehatan sebesar Rp. 100.000  Berikut adalah contoh penulisan dalam jurnal pembayaran gaji:    Akun Debit Kredit Pengeluaran Gaji Rp. 6.0000.000 PPh 21 Karyawan  Rp. 50.000 BPJS Ketenagakerjaan  Rp. 75.000 Asuransi Kesehatan  Rp 100.000 Gaji Bersih  Rp 5.775.000 Baca Juga: Kenali Perbedaan Laporan Konsolidasi dan Laporan Biasa Kesimpulan    Jurnal pembayaran gaji adalah dokumen penting yang digunakan untuk mencatat pengeluaran kas untuk pembayaran gaji karyawan. Tak hanya itu saja, jurnal ini juga dapat membantu membuat laporan menjadi lebih transparan yang dapat memudahkan dalam proses audit maupun perencana gaji. Dengan memahami fungsi dan elemen tersebut dapat memastikan bahwa laporan keuangan menjadi lebih sistematis. 

Mengenal Jurnal Pembayaran Gaji Pada Laporan Keuangan Read More »

Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus

Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus

Dalam mengelola keuangan yang baik, tentunya harus adanya pencatatan keuangan yang sistematis. Oleh sebab itu, adanya jurnal keuangan seperti jurnal umum dan jurnal khusus sangatlah penting. Lalu apa yang menjadi perbedaan antara jurnal tersebut. Melalui artikel ini, kami akan membahas mengenai perbedaan jurnal umum dan jurnal khusus. Yuk simak selengkapnya!!! Perbedaan Secara Umum  Walaupun sekilas, jurnal khusus dan umum dapat membantu dalam mengelola keuangan dengan baik. Namun, jurnal tersebut ternyata memiliki perbedaan. Berikut adalah perbedaannya:  1. Fokus Pencatatan  Jika dilihat secara umum, kedua jurnal ini memiliki perbedaan yaitu fokus pada pencatatannya. Sebab jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak sering terjadi seperti pembelian aset tetap, pencatatan penyusutan, atau bahkan penyesuain pada akhir periode.  Berbeda dengan jurnal khusus yang akan mencatat transaksi yang sering terjadi. Sehingga saat adanya transaksi yang berkaitan dengan bisnis seperti pembelian, penjualan, dan penggajian akan dicatat pada jurnal tersebut.  2. Struktur dalam Pencatatan  Karena berfungsi hanya sebagai pencatatan transaksi yang tidak sering terjadi, maka pada jurnal umum ini hanya terdiri dari tanggal transaksi, akun yang terlibat, debit, dan kredit.  Tidak seperti jurnal khusus yang terbagi kedalam berbagai jurnal lainnya seperti  jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal pengeluaran kas. Sebab, jurnal khusus akan digunakan untuk pencatatan transaksi secara lebih detail.  3. Efisiensi Pencatatan Jika industri bisnis Anda telah memiliki transaksi dengan volume yang sangat tinggi, maka mencatat pada jurnal khusus dapat mempermudah mencatat secara detail transaksi berdasarkan kategori. Namun menjadi kurang efisien ketika harus menggunakan pencatatan satu persatu tanpa adanya pembagian kategori pada jurnal umum. 4. Penggunaan Dalam Bisnis  Biasanya pada jurnal  umum, akan mencatat transaksi pada akhir periodik seperti bulanan atau bahkan tahunan. Tidak seperti jurnal khusus yang mencatatnya berdasarkan setiap transaksi bisnis yang ada.   Perbedaan Berdasarkan Fungsinya   Selain perbedaan tersebut, jurnal umum dan jurnal khusus memiliki perbedaan lainnya seperti pada fungsinya:  1. Jurnal Umum  Fungsi utama pada jurnal umum adalah mencatat transaksi keuangan yang terjadi tidak secara rutin, sehingga tidak perlu adanya pengelompokan berdasarkan kategori. Selain itu, jurnal umum memiliki fungsi lainnya seperti:   A. Fungsi Historis  Walaupun tidak ada transaksi secara rutin, pada jurnal umum ini akan mencatat seluruh transaksi berdasarkan waktu transaksi. Dengan demikian, nantinya dapat membantu untuk menggambarkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh perusahaan dalam satu bulan.  B.Fungsi Pencatatan  Jurnal umum juga memiliki fungsi sebagai pencatatan segala transaksi keuangan pada periode tertentu yang tidak dilakukan secara rutin.  C. Fungsi Analisis Dengan adanya jurnal umum, maka akan memudahkan dalam menganalisis laporan keuangan, jurnal ini akan memisahkan berdasarkan akun mana yang digunakan misal saja akun kredit atau debit yang sesuai.   D. Fungsi Informatif  Melalui pencatatan transaksi yang dilakukan, jurnal umum akan memberikan informasi secara menyeluruh terkait dengan kondisi keuangan dari perusahaan.  E. Fungsi Instruksi  Yang tidak kalah penting, adanya jurnal umum ini akan memberikan perintah atau instruksi berdasarkan hasil analisis yang diberikan sebelum dilakukan pencatatan  pada buku besar.    2. Jurnal Khusus  Walaupun memiliki fungsi yang sama untuk mencatat transaksi, namun pada jurnal khusus ini akan mencatat keuangan berdasarkan fungsi yang telah ditentukan. Berikut adalah fungsi dari jurnal khusus:  A. Jurnal Pembelian  Pada jurnal khusus akan mencatat segala transaksi pembelian barang atau jasa dengan kredit akan dicatatnya pada jurnal pembelian. B. Jurnal Penjualan  Selanjutnya, jika terdapat transaksi penjualan barang atau jasa, nantinya akuntan akan mencatatnya pada jurnal penjualan.  C. Jurnal Penerimaan Kas  Berbeda dengan jurnal umum, pada jurnal khusus ini setiap transaksi yang mempengaruhi pemasukan saldo kas, maka akan dicatat pada jurnal penerimaan kas.  D. Jurnal Pengeluaran Kas  Pada jurnal khusus ini juga akan mencatat transaksi yang dikeluarkan dari berbagai sumber dengan menggunakan jurnal pengeluaran kas.  Baca Juga: 6 Hal Wajib Dalam Membuat Laporan Keuangan Konsolidasi Kesimpulan  Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa walaupun jurnal umum dan khusus  itu terlihat sama dalam pengelolaan keuangan pada bisnis. Namun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, terutama dari fungsinya.  Jika pada jurnal umum akan mencatat transaksi yang tidak sering terjadi, berbeda dengan dengan jurnal khusus akan mencatatnya transaksi yang sering terjadi dan akan dibedakan berdasarkan kategori yang telah ditentukan.   Selain itu, perbedaan juga terlihat berdasarkan struktur, kegunaan, serta penggunaannya dalam bisnis. Jika perusahaan Anda memiliki kendala dalam membuat jurnal keuangan secara manual, maka sudah saatnya untuk perusahaan Anda beralih menggunakan ke software pengelolaan keuangan.  Salah satu software pengelolaan keuangan yang dapat Anda gunakan adalah Bambootree.  Dengan menggunakan software bambootree Anda dapat terbantu untuk  membuat berbagai laporan keuangan mulai dari penjualan, pembelian, jurnal, ataubahkan pembayaran.  Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai layanan bambootree, Anda dapat mengunjungi website kami. 

Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus Read More »

Kekurangan dan Kelebihan Pada Metode Imprest Pada Kas Kecil

Kekurangan dan Kelebihan Pada Metode Imprest Pada Kas Kecil

Jika Anda sedang mencari untuk mengelola kas kecil pada perusahaan. Menggunakan sistem imprest dapat menjadi pilihannya. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dalam pengelolaan saldo kas kecil dengan metode imprest.  Kelebihan Pengelolaan Saldo Kas Kecil dengan Sistem Imprest Pengelolaan saldo kas kecil dengan sistem Imprest memiliki keunggulan diantaranya:  1. Mengefisiensi dalam Pelaporan Keuangan  Dibandingkan dengan metode lainnya, sistem imprest memiliki kelebihan yaitu dapat mengefisiensikan pelaporan keuangan. Sebab, pelaporan keuangan biasanya dilakukan secara periodik bukan berdasarkan setiap adanya transaksi. Sehingga, metode imprest ini dapat mengurangi beban administrasi dan membuat mudah dalam proses akuntansi. Namun, penting diingat walaupun tidak dibuat laporan setiap adanya transaksi. Buka berarti setiap transaksi yang terjadi tidak didokumentasikan. 2. Memiliki sifat yang Transparan  Selanjutnya, sistem imprest dipilih karena memiliki sifat yang transparan. hal tersebut terjadi karena setiap transaksi keuangan yang terjadi akan dicatat secara lebih rinci. Tak hanya pencatatan saja, melainkan pada metode imprest ini biasanya juga dilampirkan berapa bukti seperti nota dan kwitansi. Sehingga, nantinya memudahkan untuk pelaporan maupun proses audit. 3. Memudahkan Pengawasan  Seperti yang sudah diketahui, kas kecil dengan metode imprest adalah sistem pengelolaan dana yang menetapkan jumlah kas kecil dengan nominal yang tetap. Itu berarti perusahaan dapat melakukan pengawasan dengan mudah. Dengan demikian, perusahaan akan dengan mudah untuk memantau pengeluaran yang terjadi setiap kegiatan operasional. 4. Mendeteksi Penipuan dengan Mudah  Karena setiap pengeluaran yang terjadi harus disertai dengan bukti-bukti, maka segala ketidak sesuaian akan dengan mudah untuk dilakukan pendeteksian. Sehingga, jika nantinya ada kecurangan atau penyimpangan terkait penggunaan saldo kas kecil akan dengan mudah untuk di deteksi. 5. Membantu dalam Mengendalikan Keuangan  Sistem imprest yang ada dalam pengelolaan kas kecil mendorong disiplin dalam penggunaan keuangan. Sebab, nantinya proses pengisian kembali akan dilakukan dengan jumlah yang telah digunakan dengan adanya bukti-bukti dokumentasi. 6. Mempermudah Perencanaan Keuangan Perusahaan  Karena saldo kas kecil pada metode imprest akan diisi sesuai dengan kesepakatan di awal. Maka perusahaan dengan mudah untuk memperkirakan dana yang dibutuhkan pada kas kecil. Itu, berarti akan membantu dalam perencanaan anggaran. Baca Juga: Karakteristik Kas Kecil Pada Perusahaan Kekurangan Pengelolaan Saldo Kas Kecil dengan Sistem Imprest Walaupun dengan pengelolaan kas kecil menggunakan sistem imprest memiliki berbagai kelebihan. Namun pengelolaan pada sistem ini masih memiliki kekurangan diantaranya:  1. Saldo Kas Tidak Real Time Pada sistem imprest, saldo kas kecil hanya akan diperbarui saat pengisian kembali pada awal periode. Sehingga, perusahaan akan sulit untuk mengetahui jumlah saldo kas kecil secara real-time. 2. Tidak Cocok Untuk Pengeluaran Bernilai Besar Kekurangan selanjutnya pada metode imprest adalah tidak cocok untuk pengeluaran dengan nominal yang cukup besar. Hal ini, karena saldo kas akan di isi ulang pada awal periode berikutnya dengan melihat bukti dokumentasi seperti nota maupun kwitansi pembelian.  Sehingga, sistem ini akan menyulitkan ketika harus menggunakan uang yang ada pada kas kecil untuk pembayaran yang besar.  3. Resiko Pencatatan Yang Salah Karena pencatatan pengeluaran pada sistem imprest ini akan dilakukan secara berkala bukan saat transaksi terjadi. Biasa saja, menimbulkan kesalahan dan kelalain dalam pencatatan. Sehingga, sangat penting bagi penggelolaan bukti transaksi dengan baik. 4. Tidak Fleksible Sistem kas kecil dengan metode imprest itu berarti penambahan saldo kas akan dilakukan pada awal periode. Sehingga, ini akan menyulitkan jika ada pengeluaran yang tak terduga pada periode tersebut. 5. Sistem Ketinggalan Jaman  Diera digital sekarang ini, penggunaan sistem imprest pada pengelolaan kas kecil sering dianggap kurang efisien. Terlebih, dengan banyaknya sistem pembayaran elektronik yang ada.  Terdapat juga, perusahaan yang menggunakan software akuntansi seperti Bambootree. Yang dirancang untuk membantu dalam pengelolaan keuangan perusahaan mulai dari penjualan, pembelian maupun pelaporan dalam bentuk jurnal.  Baca Juga: Jurnal Pembelian: Pengertian, Fungsi dan Jenisnya  Kesimpulan Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan sistem imprest dalam pengelolaan kas kecil dapat memberikan berbagai manfaat, namun juga memiliki beberapa kekurangan yang dapat menjadi pertimbangan.

Kekurangan dan Kelebihan Pada Metode Imprest Pada Kas Kecil Read More »

Serba-Serbi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dalam Bisnis

Serba-Serbi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dalam Bisnis

Pajak penghasilan tentunya terdapat beraneka ragam jenisnya, hal itu karena berdasarkan objek dan subjeknya. Dalam dunia bisnis, perdagangan internasional, tentunya tidak asing lagi dengan PPh 25. PPh ini dapat membantu untuk meringankan beban pembayaran sekaligus yang dapat menjaga kelancaran arus kas bisnis. Apa itu PPh 25?    PPH 25 atau Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah salah satu jenis pajak yang dibayarkan dengan cara angsuran bulanan. Biasanya Pajak ini kenakan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha yang memiliki kewajiban membayar pajak yang diperoleh selama 1 tahun. Sehingga, dengan adanya pembayaran Pph 25 ini maka wajib pajak tidak akan memiliki beban hutang pajak yang besar. Hal itu, karena pajak telah dibayarkan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan pajak penghasilan.  Namun, perlu diketahui Pajak Penghasilan Pasal 25 ini akan muncul ketika Wajib Pajak memiliki tanggungan berupa pembayaran yang kurang dari jumlah PPh yang terlah dibayarkan pada SPT Tahunan pajak Penghasilan. Dengan kata lain, jika dalam laporan SPT Tahunan ditemukan bahwa jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan lebih besar, maka selisih dari jumlah pajak tersebut akan dijadikan dasar perhitungan angsuran PPh 25 pada tahun pajak berikutnya. Baca Juga: Apa Itu Kredit Pajak? Pengertian dan Penjelasan Siapa yang Wajib Membayar PPh 25?    PPh 25 akan dikenakan kepada wajib pajak, baik itu orang pribadi maupun badan usaha. Berikut adalah kategori Wajib Pajak yang diwajibkan membayar PPh 25: 1. Wajib Pajak Orang Pribadi Salah satu kategori yang wajib untuk membayarkan PPh 25 ini adalah Individu (Wajib Pajak Orang Pribadi). Biasanya individu tersebut menjalankan usaha dengan cara grosir maupu eceran pada lebih dari satu tempat usaha. Dengan demikian, adanya Pph 25 ini dapat membantu individu yang menjalankan usaha untuk dapat membayarkan kewajib pajak dan terhindar dari beban pajak yang besar. 2. Wajib Pajak Badan Usaha 2. Wajib Pajak Badan Usaha Tak hanya individu saja, Pph 25 juga dapat dikenakan oleh perusahaan atau badan usaha yang memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha yang dijelankan. Biasanya, Pph 25 ini akan dihitung dengan tarif progresif sesuai dengan undang-undangan perpajakan di Indonesia. Baca Juga: Kenali Perbedaan PKP dan Non PKP? Berikut Penjelasannya Kapan Pph 25 di Bayarkan?  Pph 25 atau pajak penghasilan 25 akan dibayarkan pada setiap bulannya, dan paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Misal saja, Anda memiliki angsuran pajak pada bulan januari, maka nantinya Anda diwajibkan untuk melakukan pembayaran paling lambat ditanggal 15 Febuari. Namun, perlu Anda ketahui jika jatuh tempo pembayaran saat hari libur (termasuk sabtu, minggu, hari libur nasional, dan pemilihan umum), maka pembayaran dapat dilakukan pada hari berikutnya. Hal ini karena terlah diatur pada PMK (Peraturan Menteri Keuangan) No.  184/PMK.03/2007 pasar 3, yang kemudian diperbarui pada PMK No. 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan penyetoran pajak.  Jadi PPh 25 adalah sebuah pajak yang dibayarkan dengan sistem Angsuran. Biasanya pajak pengahasilan pasal 25 ini akan diwajibkan bagi individu maupun badan usaha tertentu. Semoga artikel ini dapat membantu Anda dalam memahami tentang PPh 25. 

Serba-Serbi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dalam Bisnis Read More »

Scroll to Top